BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktek Lapang
Lingkungan adalah
sesuatu yang tidak lepas dari pribadi makhluk hidup, terutama manusia.
Lingkungan merupakan sebuah wadah penampung semua aktivitas ataupun kegiatan
pada makhluk hidup.Lingkungan juga sebagai tempat untuk makhluk hidup
menggantungkan hidupnya.
Lingkungan terhadap
manusia terutama. Lingkungan pada manusia mempunyai peranan yang amat penting
karena lingkungan adalah sumber penghidupan yang layak. Jika lingkungan
tersebut terjaga, maka manusia pun akan bisa merasakan nyamannya untuk hidup.
Dalam artian, manusia bisa tetap terjaga kesehatannya,terjaga kebersihannya.
Jika lingkungan kotor, pastinya manusia akan terjangkit berbagai penyakit,
hidup jadi tidak bersih dan tidak nyaman.
Apalagi di kota-kota
besar sekarang ini ,masih kurangnya kesadaran manusia untuk bisa hidup bersih.
Masih banyak yang buang sampah sembarangan, mencabuti tanaman-tanaman yang ada
untuk penghijauan, dan menebang pohon. Semua itu dapat berakibat fatal bagi
pertahanan linkungan itu sendiri. Seperti contoh, dengan membuang sampah
sembarangan, pasti nanti sampah tersebut akan menumpuk di suatu tempat baik itu
selokan, sungai, kali dan pasti akan membuat aliran air pada tempat itu tidak
berjalan lancar, sehingga terjadilah banjir.
B. Tujuan Praktek Lapang
Dari hasil praktek lapang yang kita
lakukan dapat kita peroleh beberapa tujuan praktek lapang ini dilakukan yaitu
untuk:
1.
Mengetahui keadaan lingkungan di sekitar
2.
Mengetahui rata-rata mata pencaharian
masyarakat sekitar
3.
Mengetahui Perbandingan antara pedesaan
dan perkotaan
C. Manfaat Kegiatan Praktek Lapang
Dengan dilakukannya praktek lapang Ilmu Sosial dan Budaya
Dasar ini maka kita dapat mengetahui banyak manfaat dari kegiatan tersebut
diantaranya manambah pengetahuan atau wawasan tentang masalah-masalah sosial
yang sedang terjadi di masyarakat,mampu melihat perbedaann kehidupan pada
masyarakat yang hidup di daerah perkotaan dan pedesaan, baik dari segi
pendidikan, sosial-ekonomi, dan budaya.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian
Hakikat Manusia
Manusia adalah mahluk
ciptaan Tuhan paling sempurna. Di dalam diri manusia terdapat apa-apa yang
terdapat di dalam makhluk hidup lainnya yang bersifat khsusus. Dia berkembang,
bertambah besar, makan, istirahat, melahirkan dan berkembang biak, menjaga dan
dapat membela dirinya, merasakan kekurangan dan membutuhkan yang lain sehingga
berupaya untuk memenuhinya. Dia memiliki rasa kasih sayang dan cinta.Rasa takut
dan aman, menyukai harta, menyukai kekuasaan dan kepemilikan, rasa benci dan
rasa suka, merasa senang dan sedih dan sebagainya yang berupa perasaan-perasaan
yang melahirkan rasa cinta. Hal itu juga telah menciptakan dorongan dalam diri
manusia untuk melakukan pemuasan rasa cintanya itu dan memenuhi kebutuhannya
sebagai akibat dari adanya potensi kehidupan yang terdapat dalam dirinya. Oleh
karena itu manusia senantiasa berusaha mendapatkan apa yang sesuai dengan
kebutuhannya,hal ini juga dialami oleh para mahluk-mahluk hidup lainnya, hanya
saja, manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya dalam hal kesempurnaan tata
cara untuk memperoleh benda-benda pemuas kebutuhannya dan juga tata cara untuk
memuaskan kebutuhannya tersebut. Makhluk hidup lain melakukannya hanya
berdasarkan naluri yang telah Tuhan ciptakan untuknya sementara manusia
melakukannya berdasarkan akal dan pikiran yang telah dikaruniakan Tuhan kepadanya (Hendrawan,
2008).
B.
Definisi
Manusia
Beberapa
definisi manusia berdasarkan fungsinya, yaitu:
1.
Manusia adalah makhluk utama, yaitu
diantara semua makhluk natural dan supranatural, yang mempunyai jiwa bebas dan hakikat - hakikat yg mulia.
2.
Manusia adalah kemauan bebas. Yang
berarti bahwa kemanusiaan telah masuk ke dalam rantai kausalitas sebagai sumber
utama yang bebas kepadanya dunia alam,
sejarah dan masyarakat sepenuhnya bergantung, serta terus menerus melakukan
campur tangan pada dan bertindak atas rangkaian deterministis ini. Dua
determinasi eksistensial, kebebasan dan pilihan, telah memberinya suatu
kualitas seperti Tuhan
3.
Manusia adalah makhluk yg sadar.
Kesadaran dalam arti bahwa melalui daya refleksi yang menakjubkan, ia memahami
aktualitas dunia eksternal, menyingkap rahasia yg tersembunyi dari pengamatan,
dan mampu menganalisa masing-masing
realita dan peristiwa.
4.
Manusia adalah makhluk yang sadar diri. Ini berarti bahwa ia
mampu mempelajari, manganalisis, mengetahui dan
menilai dirinya.
5.
Manusia adalah makhluk kreatif. Hal ini
menyebabkan manusia memiliki kekuatan yang memberinya kemampuan untuk melewati
parameter alami dari eksistensi dirinya, memberinya perluasan dan kedalaman
eksistensial yang tak terbatas, dan menempatkannya pada suatu posisi untuk
menikmati apa yang belum diberikan alam.
6.
Manusia adalah makhluk idealis.
Idealisme adalah faktor utama dalam pergerakan dan evolusi manusia. Idealisme
tidak memberikan kesempatan untuk puas di dalam
batasan realita yang ada. Kekuatan inilah yang selalu memaksa manusia
untuk merenung, menemukan, menyelidiki, mewujudkan,
membuat dan mencipta dalam alam jasmaniah dan ruhaniah.
7.
Manusia adalah makhluk moral. Di sinilah
timbul pertanyaan penting mengenai nilai. Nilai yang terdiri dari ikatan yang
ada antara manusia dan setiap gejala, perilaku, perbuatan atau dimana suatu
motif yg lebih tinggi daripada motif manfaat timbul. Ikatan ini mungkin dapat
disebut ikatan suci, karena ia dihormati dan dipuja begitu rupa sehingga orang
merasa rela untuk membaktikan atau mengorbankan kehidupan mereka demi ikatan
ini.
8.
Manusia adalah makhluk
utama dalam dunia alami, mempunyai esensi uniknya sendiri, dan sebagai suatu
penciptaan atau sebagai suatu gejala yg bersifat istimewa dan mulia. Ia
memiliki kemauan, ikut campur dalam alam yg independen, memiliki kekuatan untuk
memilih dan mempunyai andil dalam menciptakan gaya hidup melawan kehidupan
alami. Kekuatan ini memberinya suatu keterlibatan dan tanggung jawab yg tidak
akan punya arti kalau tidak dinyatakan dengan mengacu pada sistem nilai.
C.
Manusia
Berdasarkan Perannya
Manusia dapat di bedakan atas
beberapa perannya, yaitu:
1.
Manusia Sebagai Makhluk Individu
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur
jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang
dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tesebut menyatu dalam
dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak
disebut lagi sebagai seorang individu.
Ciri seorang individu tidak hanya mudah dikenali
lewat ciri fisik atau biologisnya. Sifat, karakter, perangai atau gaya dan
selera atau orang juga berbeda-beda. Misalnya saja, orang yang tingal di daerah
pantai akan memiliki sifat dan kebiasaan yang berbeda dengan orang yang tinggal
di daerah pegunungan. Orang yang tinggal di daerah pantai biasanya berbicara dengan
suara keras, berbeda dengan orang yang tinggal di daerah pegunungan yang
berbicara dengan suara agak lunak.
Selain individu, terdapat kelompok sosial yang lebih
besar, seperti keluarga, tetangga dan masyarakat, yang tentu saja memiliki
ciri-ciri dan kebiasaan dan karakter yang berbeda-beda pula. Keluarga yang
terbiasa dengan suasana yang demokratis dan religius misalnya, berbeda dengan
keluarga yang otoriter dan kurang religius. Begitu pula lingkungan tetangga
yang familiar dan gotong royong, akan berbeda dengan yang kurang akrab dan
individualistis (Anonim, 2011).
2.
Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari seorang
manusia tidak kepas dari pengaruh manusia lain yang ada di sekitarnya.
Misalnya, ketika seorang mahasiswa pergi ke kampus atau ke tempat lain, ia
tidak bisa seenaknya berpakaian menurut kehendaknya sendiri. Ia harus tunduk
pada aturan dan kebiasaan wajar yang ada di dalam masyarakat.
Manusia dikatakan sebagai makluk sosial, karena
manusia tidak dapat menjalani kehidupannya sebagai manusia jika tidak
berada di tengah-tengah kehidupan
manusia-manusia lainnya (Alyani, 2008).
Karena manusia adalah makhluk sosial, mereka
melakukan interaksi antara satu dengan yang lain. Namun, interaksi itu
terkadang menimbulkan hal-hal lain yang membawa dampak negatif. Dalam hubungan
antara anggota dan kelompok masyarakat, kita sering dihadapkan dengan
perbedaan-perbedaan. Misalnya orang jawa memilik kebiasaan dan sifat-sifat yang
khas demikian juga orang Makassar dan Kanreapia. Terkadang ada sikap negatif
yang diperlihatkan satu kelompok kepada
kelompok masyarakat lainnya. Sikap khas yang sering ditampilkan ini
disebut prasangka (prejudice).
3.
Manusia Sebagai Pencipta dan Pengguna
Kebudayaan
Tercipta atau terwujudnya suatu kebudayaan adalah
sebgai hasil intetraksi antara manusia dengan segala isi alam raya ini.
Kebudayaan mempunyai keguanaan yang sangat besar bagi manusia. Hasil karya
manusia menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi
manusia terhadap lingkungan alam:
a)
Suatu hubungan pedoman antara manusia
atau kelompoknya.
b)
Wadah untuk menyalurkan
perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain.
c)
Sebagai pembimbing kehidupan dan
penghidupan manusia.
d)
Pembeda manusia dan binatang.
e)
Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana
manusia harus bertindak dan berperilaku di dalam pergaulan.
f)
Pengaturan agar manusia dapat mengerti
bagaiman seharusnya, bertindak, berbuat, menentukan sikapnya jika berhubungan
dengan orang lain.
g)
Sebagai modal dasar
pembangunan. Selain itu Kebudayaan mempunyai fungsi yang besar bagi
manusia dan masyarakat, berbagai macam
kekuatan harus dihadapi manusia dan
masyarakat seperti kekuatan alam dan kekuatan lain (Ryan Rakhmat S, 2009).
4.
Manusia dan Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang
berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.
Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture
juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Kebudayaan sendiri sangat erat hubungannya dengan
masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa
segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang
dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang
turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut
sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung
keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta
keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi
segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Soemardjan
dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat.
Pendapat
lain, dikemukakan oleh M. Jacobs dan
B.J. Stern, mereka berpendapat bahwa kebudayaan mencakup keseluruhan
yang meliputi bentuk teknologi social, ideologi, religi, dan kesenian serta
benda, yang kesemuanya merupakan warisan social.
Sedangkan Koentjaraningrat memandang kebudayaan
sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh
pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Selanjutnya perwujudan kebudayaan inilah yang akan
melahirkan suatu sistem kebuadayaan yang berlaku untuk suatu masyarakat
tertentu di daerah tertentu pula (Ahira,
2011)
5.
Manusia dan Peradaban
Peradaban merupakan
suatu istilah yang digunakan untuk menyebutkan bagian-bagian atau unsur
kebudayaan yang dianggap halus, indah, dan maju. Misalnya perkembangan IPTEK,
Kesenian, Kepandaian manusia dan sebagainya.
Konsep peradaban tidak lain adalah perkembangan
kebudayaan yang telah mencapai tingkat tertentu yang tercermin dalam tingkat
intelektual, keindahan, tehnologi, spiritual yang telihat pada masyarakatnya.
Dengan demikian peradaban tidak lai
adalah perkembangan kebudayaan
yang telah mencapai tingkat tertentu yang dicirikan oleh taraf intelektual, keindahan, tehnologi,
dan spiritual yang diperoleh manusia pendukungnya (Erendi, 2011)
D.
Tahap-tahap
Perkembangan Manusia
Kehadiran manusia
pertama tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Asal usul manusia
menurut ilmu pengetahuan dapat dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan
tingkat evolusinya, yaitu :
Pertama, tingkat pra
manusia yang fosilnya ditemukan di Johanesburg Afrika Selatan pada tahun 1942
yang dinamakan fosil Australopithecus.
Kedua, tingkat manusia
kera yang fosilnya ditemukan di Solo pada tahun 1891 yang disebut
pithecanthropus erectus.
Ketiga, manusia purba,
yaitu tahap yang lebih dekat kepada manusia modern yang sudah digolongkan genus
yang sama, yaitu Homo walaupun spesiesnya dibedakan.Fosil jenis ini di neander,
karena itu disebut Homo Neanderthalesis dan kerabatnya ditemukan di Solo (Homo
Soloensis).
Keempat, manusia modern
atau Homo sapiens yang telah pandai berpikir, menggunakan otak dan nalarnya.
E.
Pengertian
Manusia dan Lingkungan Alam
Manusia dapat diartikan
sebagai makhluk hidup yang dikaruniai dua kekayaan yaitu akal dan budi atau
lazim disebut pikiran dan perasaan. Dengan kekayaan akal dan budi, manusia
memunculkan tuntutan-tuntutan hidup dan menghasilkan karya manusia yg monumental.
Sedangkan Lingkungan Alam adalah kondisi alamiah baik biotik maupun abiotik
yang belum banyak dipengaruhi oleh tangan manusia yang memiliki pengaruh besar
terhadap kehidupan manusia (Anonim, 2011).
F. Hubungan Manusia dan Lingkungan
Alam
Hubungan manusia dan
lingkungan alamnya sangat erat. Semua komponen yang terkait antara manusia dan
lingkungan ini adalah sebuah rangkaian yang tidak bisa terpisahkan satu dengan
yang lainnya. Hubungan manusia atau sikap manusia/individu terhadap lingkungan
dalam psikologi sosial terbagi dalam tiga bagian, yaitu individu menolak
lingkungan, individu menerima lingkungan, dan individu netral. Kesinambungan
antara manusia dan lingkungan alamnya akan tercapai jika adanya interaksi yang
baik, seperti memanfaatkan sumber alam untuk pemenuhan kebutuhan hidup,
membangun sistem pertanian dan industri serta mencoba membangun habitat alam
agar menjadi habitat yang nyaman untuk dapat didiami (Anonim, 2011)
G. Peranan Manusia Terhadap Lingkungan
Ada beberapa
peranan manusia terhadap lingkungan, yaitu:
1.
Manusia sebagai makhluk yang paling
dominan secara ekologi artinya manusia mempunyai pengaruh yang besar terhadap
lingkungan tempat hidupnya dan organisme lainnya.
2.
Manusia sebagai makhluk pembuat alat artinya
manusia dalam melakukan aktifitasnya membutuhkan alat bantu untuk mempermudah
kerja mereka.
3.
Manusia sebagai makhluk perampok artinya
manusia sebagai makhluk yang omnivora (pemakan segala) akan memakan makanan
yang menjadi makanan makhluk hidup lain baik yang bersifat karnivora maupun
makhluk herbivora.
4.
Manusia sebagai makhluk penyebab evolusi
artinya sebagai contoh tanaman anggrek yang sebelumnya dapat tumbuh liar tanpa
perlu disiram dan dipupuk, sekarang setelah dijadikan manusia sebagai tanaman
hias tidak akan bisa tumbuh subur jika tidak disiram dan dipupuk.
5.
Manusia sebagai makhluk pengotor Kotoran
hewan dan tumbuhan dapat hancur secara alami, sedangkan manusia ada yang mampu
terurai di alam secara alami ada yang tidak, hal ini merupakan penyebab
kotornya ekosistem.
H. Contoh Lingkungan Alam
Beberapa
contoh-contoh lingkungan alam yang terdapat di Indonesia sebagai beritkut:
1.
Pegunungan adalah
bentang alam yang berupa deretan gunung yang bersambungan. Udara di pegunungan
biasanya sejuk dan bahkan ada yang sangat dingin. Daerah pegunungan sangat baik
untuk bercocok tanam buah, sayur, dan bunga. Daerah pegunungan juga dapat
dimanfaatkan sebagai objek wisata. Oleh karena pemandangannya yang indah.
Daerah pegunungan yang banyak ditumbuhi tanaman dapat menyerap dan menyimpan air
hujan. Hal ini berguna untuk mencegah terjadinya erosi. Erosi adalah pengikisan
tanah yang dapat mengakibatkan terjadinya banjir dan tanah longsor.
2.
Sungai juga termasuk ketampakan alam.
Sungai banyak memberikan manfaat bagi manusia. Manfaat sungai, antara lain
untuk mandi, mencuci, pengairan lahan pertanian (irigasi) dan sarana
transportasi (untuk sungai-sungai besar di luar Pulau Jawa.
3.
Danau merupakan lingkungan alam. Danau
terjadi karena adanya cekungan di alam yang terisi air, baik dari air hujan
maupun dari mata air yang ada di tempat tersebut. Danau juga dapat dimanfaatkan
sebagai tempat penampungan air. Danau sangat bermanfaat bagi manusia. Manfaat
danau bagi kehidupan manusia, antara lain, untuk budi daya ikan air tawar,
tempat wisata, irigasi atau pengairan sawah, dan sarana olahraga (dayung).
4.
Pantai biasanya banyak ditumbuhi pohon
kelapa dan tumbuhan bakau yang berfungsi menahan abrasi dan erosi. Laut juga
dapat dimanfaatkan sebagai sarana olahraga, seperti berenang menyelam, ski air,
selancar, dan perahu layar.
I.
Dampak
Kerusakan Alam
Terdapat dua faktor
dampak kerusakan alam, yaitu:
1.
Penebangan hutan secara liar
(penggundulan hutan).
2.
Perburuan liar.
3.
Merusak hutan bakau.
4.
Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.
5.
Pembuangan sampah di sembarang tempat.
6.
Bangunan liar di daerah aliran sungai
(DAS).
7.
Pemanfaatan sumber daya alam secara
berlebihan di luar batas.
J.
Upaya
Pelestarian Lingkungan Alam
Pembangunan berwawasan
lingkungan adalah usaha meningkatkan kualitas manusia secara bertahap dengan
memerhatikan faktor lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan dikenal
dengan nama Pembangunan Berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan
merupakan kesepakatan hasil KTT Bumi di Rio de Jeniro tahun 1992. Di dalamnya
terkandung 2 gagasan penting, yaitu:
1.
Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan
pokok manusia untuk menopang hidup.
2.
Gagasan keterbatasan, yaitu keterbatasan
kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan baik masa sekarang maupun masa
yang akan datang.
Adapun beberapa upaya
untuk pelestarian alam yaitu:
1.
Upaya pemerintah.
Hal-hal yang dilakukan pemerintah
antara lain:
a. Mengeluarkan
UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur tentang Tata Guna Tanah.
b. Menerbitkan
UU No. 4 Tahun 1982, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
c. Memberlakukan
Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang AMDAL (Analisa Mengenai
Dampak Lingkungan).
d. Pada
tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian Lingkungan, dengan tujuan
pokoknya:
1)
Menanggulangi kasus pencemaran.
2)
Mengawasi bahan berbahaya dan beracun
(B3).
3)
Melakukan penilaian analisis mengenai
dampak lingkungan (AMDAL).
e. Pemerintah
mencanangkan gerakan menanam sejuta pohon.
2.
Upaya masyarakat bersama pemerintah.
Beberapa
upaya yang dapat dilakuklan masyarakat berkaitan dengan pelestarian lingkungan
hidup antara lain:
a. Pelestarian
tanah (tanah datar, lahan miring/perbukitan)
Terjadinya bencana
tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa yang berkaitan dengan masalah
tanah. Banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan tanah oleh aliran air yang
disebut erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan tanah serta terkikisnya
lapisan tanah dari permukaan bumi. Upaya pelestarian tanah dapat dilakukan
dengan cara menggalakkan kegiatan menanam pohon atau penghijauan kembali
(reboisasi) terhadap tanah yang semula gundul. Untuk daerah perbukitan atau
pegunungan yang posisi tanahnya miring perlu dibangun terasering atau
sengkedan, sehingga mampu menghambat laju aliran air hujan.
b. Pelestarian
udara
Udara yang kotor karena debu atau
pun asap sisa pembakaran menyebabkan kadar oksigen berkurang. Keadaan ini
sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup setiap organisme. Maka perlu
diupayakan kiat-kiat untuk menjaga kesegaran udara lingkungan agar tetap
bersih, segar, dan sehat. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga agar udara
tetap bersih dan sehat, yaitu:
1) Menggalakkan
penanaman pohon atau pun tanaman hias di sekitar kita.
2) Mengupayakan
pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran, baik pembakaran hutan
maupun pembakaran mesin Asap yang keluar dari knalpot kendaraan dan cerobong
asap merupakan penyumbang terbesar kotornya udara di perkotaan dan kawasan
industri.
3) Mengurangi
atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat merusak lapisan ozon di
atmosfer Gas freon yang digunakan untuk pendingin pada AC maupun kulkas serta
dipergunakan di berbagai produk kosmetika, adalah gas yang dapat bersenyawa
dengan gas ozon, sehingga mengakibatkan lapisan ozon menyusut.
BAB III
METODE PELAKSANAAN PRAKTEK LAPANG
A.
Waktu
dan Tempat Pelaksanaan
Praktek lapang dalam
mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD), dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal :
Sabtu-Minggu, 22-23 Oktober 2011
Pukul :
07.00 WITA s.d. selesai
Tempat :
- Bumi Batara Gowa
- Di
sekitar Pabrik Kertas Gowa, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa.
- Malino,
Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa
- Desa
Kanreapia, Kecamatan Tombolopao, Kabupaten Gowa.
B.
Alasan
Pemilihan Lokasi
Desa Kanreapia
Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa merupakan objek inti penelitian dalam
praktek lapangan mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD). Daerah ini
dipilih sebagai objek penelitian praktek lapangan karena dianggap mempunyai
gejala sosial, budaya, dan ekonomi yang menarik untuk diteliti, terlebih lagi
karena kondisi geoografisnya yang berbeda dengan keadaan pemukiman pada
umumnya. Dengan demikian, daerah ini dianggap cukup potensial untuk dijadikan
objek obsevasi guna mengetahui keadaan sosial, ekonomi, dan kebudayaan di
daerah ini.
C.
Alat
dan Bahan yang Dipersiapkan
Alat dan bahan yang
dipersiapkan dalam hal ini adalah segala peralatan maupun bahan habis pakai yang
digunakan oleh praktikan dalam mengumpulkan dan menganalisis data-data yang
diperoleh dari objek penelitian selama proses praktek lapangan. Adapun alat dan
bahannya yakni sebagai berikut:
1.
Kertas Double Folio Bergaris
Kertas double folio bergaris merupakan bahan habis
pakai yang digunakan sebagai tempat untuk menuliskan informasi-informasi yang
diperoleh dari para responden untuk kemudian dianalisis, praktikan juga
menggunakannya sebagai objek untuk menulis hal-hal yang penting dari apa yang
dilihatnya pada masa praktek. Selain itu, kertas double folio bergaris ini juga
digunakan praktikan dalam menuliskan laporan sementara selama proses praktek
lapangan.
2.
Alat Tulis Pulpen
Alat tulis pulpen
merupakan bahan habis pakai yang digunakan untuk menulis informasi-informasi
maupun data-data yang diperoleh dari
objek penelitian.
3.
Papan Pengalas
Papan pengalas
berguna untuk sebagai pengalas kertas saat ingin menulis dari hasil penelitian
dan juga digunakan untuk mengalas kertas yang digunakan saat MID.
4.
Payung atau jas hujan
Cuaca di daerah
Kanreapia saat proses observasi mengalami musim penghujanan sehingg kita harus
membawa payung dan atau jas hujan agar dapat mengatasi kendala saat melakukan
observasi dan di mana saat hujan turun.
5.
Kamera
Kamera merupakan
alat yang digunakan sebagai sarana untuk mengambil gambar-gambar (yang berupa
foto-foto) pada saat paktek lapangan berlangsung, sebagai bahan dokumentasi
untuk item yang diperlukan dalam penyusunan laporan pratek lapang.
6.
Kuesioner
Sebagai media
untuk petunjuk dalam pelaksanaan tugas, serta mengandung pertanyaan-pertanyaan
yang akan ditanyakan kepada responden yang ingin kita teliti tentang
kehidupannya.
7.
Masyarakat
Masyarakat
berguna sebagai responden yang kita wawancarai pada saat praktek lapangan.
8.
Angkutan kota
Angkutan kota
adalah alat transportasi yang digunakan saat ingin berangkat dan pulang dalam
pelaksanaan peraktek lapangan.
D.
Tahap
Pelaksanaan Praktikum
Tahap
pelaksanaan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
Persiapan
Pada tahap
persiapan, praktikan mempersiapkan segala keperluan yang dibutuhkan pada saat
praktik lapang. Sebelum berangkat ke lokasi, seluruh praktikan berkumpul di
pelataran Geografi. Di sini praktikan mendengarkan segala arahan dari
Koordinator dan Asisten mengenai apa saja yang harus praktikan lakukan setelah
tiba di lokasi observasi. Setelah itu, diadakanlah doa bersama, lalu perjalanan
pun dimulai.
2.
Pelaksanaan
Praktikan mulai
mengadakan observasi di objek-objek penelitian. Untuk objek pertama yakni Perumahan
Bumi Batara Gowa, praktikan mengambil 3 sampel. Di lokasi kedua, yakni
pemukiman penduduk disekitar Pabrik Kertas Gowa Kecamatan Bontomarannu,
praktikan mengambil 2 sampel. Untuk lokasi ketiga, yakni pemukiman masyarakat
Parangloe, praktikan mengambil 2 sampel. Untuk lokasi keempat, yakni pemukiman
masyarakat Kanreapia, praktikan mengambil 12 sampel. Pada daerah Kanreapia
sengaja diambil banyak sampel karena daerah inilah yang menjadi lokasi inti
dari praktek lapang ini. Pada daerah ini pulalah seluruh praktikan beserta
Koordinator dan juga asisten menginap. Setelah melakukan observasi, praktikan
kemudian membuat laporan sementara yang dituangkan dalam kertas folio bergaris
sebanyak 6 halaman.
3.
Penutup
Setelah
praktikan kembali ke rumah masing-masing, praktikan kemudian membuat laporang
lengkap praktek lapang. Namun karena membuat laporan itu tidaklah semudah
membalikkan telapak tangan, maka setiap praktikan haruslah terlebih dahulu
melakukan asistensi sekaligus konsultasi terhadap laporan yang telah dibuat
kepada asisten sebelum laporan tersebut diberikan kepada koordinator dalam hal
ini Dosen ISBD. Selain sebagai hasil dari observasi yang dilakukan praktikan,
laporan ini juga menjadi syarat bagi praktikan untuk dapat mengikuti final tes untuk
mata kuliah ISBD ( Ilmu Sosial Budaya Dasar).
E.
Teknik
Pengambilan Data dan Teknik Analisis Data
Teknik
pengumpulan data yang dilakukan pada praktikum adalah:
1.
Kuesioner
Kuesioner yang
dimaksud dalam hal ini adalah pertanyaan-pertanyaan sebanyak 23 pertanyaan yang
diajukan kepada responden untuk selanjutnya dijawab guna memperoleh informasi
selama proses praktek lapangan berlangsung.
2.
Wawancara
Wawancara
yang dimaksud dalam hal ini adalah mengajukan pertanyaan langsung kepada
responden sesuai dengan daftar pertanyaan yang tertera dalam kuesioner, metode
ini berhubungan sangat erat kaitannya metode kuesioner sebelumnya, namun tidak
menutup kemungkinan bahwa ada juga pertanyaan yang diajukan oleh praktikan
kepada responden tidak seperti yang tertera di dalam kuesioner, namun
pertanyaan tersebut dapat dijadikan bahan sebagai pelengkap dari data-data yang
dibutuhkan.
3.
Dokumentasi
Dokumentasi
yang dimaksud dalam hal ini adalah pengambilan gambar dalam bentuk foto sebagai
bukti bahwa praktikan telah melakukan wawancara langsung kepada responden.
4.
Observasi
Observasi yang
dimaksud dalam hal ini adalah pengamatan langsung yang dilakukan praktikan
terhadap objek penelitian guna memperoleh informasi-informasi terkait yang
diperlukan oleh praktikan.
Adapun teknik
analisis data yang dilakukan praktikan adalah dengan cara mendaftar tiap hasil
informasi yang diperoleh dari responden kemudian menyajikannya dalam bentuk
table lalu menghitungnya dalam bentuk
presentase. Rumus yang digunakan dalam menghitung presentase adalah:
Persentase (%) = jumlah responden bersangkutan (100%)
keseluruhan jumlah responden
Persentase (%) = jumlah responden bersangkutan (100%)
keseluruhan jumlah responden
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi
Umum Lokasi Praktek
Lokasi
Praktek diadakan di Kabupaten Gowa dan secara umum daerah kabupaten Gowa dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
1.
Batas-Batas
Wilayah Kabupaten Gowa.
Sebelah Utara : Kotamadya Makassar dan
Kabupaten Maros.
Sebelah Selatan : Kabupaten Takalar dan
kabupaten Jeneponto.
Sebelah Timur : Kabupaten Sinjai,
Bulukumba dan Bantaeng.
Sebelah Barat : Kota Makassar dan
Kabupaten Takalar
Gambar 4.1 Peta
Kabupaten Gowa
2.
Letak Astronomi Kabupaten Gowa
Secara astronomi Kabupaten Gowa terletak
pada koordinat antara 5o 33’ 6” sampai 5o 34’ 7” Lintang
Selatan dan 12o 38’ 6” sampai 12o 33’ 6” Bujur Timur.
Kabupaten Gowa terletak di bagian selatan Pulau Sulawesi. Ibukotanya
Sungguminasa dengan jarak sekitar 6 km dari ibukota Makassar. Dengan luas
wilayah 1.883,33 km atau sama dengan 3,01% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi
Selatan.
3.
Pembagian Wilayah Kabupaten Gowa
Wilayah Kabupaten Gowa terbagi dalam 18 Kecamatan
dengan jumlah Desa/Kelurahan definitif sebanyak 167 dan 726 Dusun/Lingkungan.
Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar berupa dataran tinggi berbukit-bukit,
yaitu sekitar 72,26% yang meliputi 9 kecamatan yakni Kecamatan Parangloe,
Manuju, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu
dan Biringbulu. Selebihnya 27,74% berupa dataran rendah dengan topografi tanah
yang datar meliputi 9 Kecamatan yakni Kecamatan Somba Opu, Bontomarannu,
Pattallassang, Pallangga, Barombong, Bajeng, Bajeng Barat, Bontonompo dan
Bontonompo Selatan.
4.
Jumlah Penduduk Kabupaten Gowa
Jumlah penduduk
Kabupaten Gowa sampai dengan tahun 2005 mecapai 575 295 jiwa yang terdiri atas
283.291 jiwa laki-laki dan 291.882 jiwa perempuan.
B.
Gambaran
Umum Kondisi Sosial Ekonomi
1.
Kondisi Warga (Rumah Tangga)
a. Perumahan
Bumi Batara Gowa
Kondisi
warga perumahan bumi batara gowa beberapa warga termasuk warga yang
berpenghasilan tinggi dan memiliki kehidupan yang sudah terpenuhi semua.
Jalanan di Perumahan tersebut juga sudah teraspal dan rumah-rumah di sana cukup
mewah serta tersusun dengan rapi bangunan-bangunannya. Perumahan ini juga
keadaan lingkungannya sudah cukup bersih karena warga-warganya mengerti akan
pentingnya kebersihan lingkungan.
b. Pemukiman
Penduduk (di Sekitar Pabrik Kertas Gowa)
Kondisi
warga di Pemukiman Penduduk (di sekitar Pabrik Kertas Gowa) ini berdasarkan
hasil pengamatan yang saya lakukan beberapa warganya kebutuhannya belum cukup
terpenuhi dan rumah-rumah di sekitar pemukiman ini juga tdak teratur letaknya
serta beberapa warga ada yang memiliki rumah yang cuma terbuat dari kayu.
Walaupun begitu tapi jalanan di sekitar pemukiman sudah teraspal, itu karena
berkat bantuan pemerintah yang telah melakukan perbaikan jalan di sekitar
pemukiman itu. Kondisi kebersihan pemukinan tersebut juga belum terlalu terjaga
karena masih banyak sampah-sampah berserakan di sekitarnya.
c. Perumahan
Masyarakat Malino
Kondisi
Perumahan Masyarakat Malino berdasarkan hasil pengamatan saya masih tergolong
menengah karena rata-rata warga di sana memiliki kondisi rumah yang belum
terbangun rapi dan susunan rumah warganya juga sangat tidak beraturan letaknya.
Tapi jalanan di sana sudah cukup memuaskan karena berkat bantuan pemerintah jalanan
di sana sudah teraspal. Kondisi kebersihan di perumahan tersebut masih kotor
karena sampah-sampah mereka tidak di letakkan pada tempatnya, warga hanya
membiarkan sampah-sampah berserakan di mana-mana.
d. Pemukiman
Masyarakat Kanreapia
Kondisi warga
Pemukiman Kanreapia nilai pedesaannya masih sangat terlihat karena beberapa
rumah warga maseh menggunakan rumah panggung. Warga-warga di pemukiman tersebut
juga sangat memprihatinkan karena maseh banyak warga yang merasa was-was saat
hujan turun karena rumah mereka yang bocor serta adapun rumah dari responden
kami yang memiliki kamar mandi tidak layak pakai lagi karena saluran
pembuangannya sudah rusak. Kebersihan pemukiman ini juga masih tergolong kotor
karena banyaknya sampah yang berserakan di depan rumah warga-warga yang hanya
di biarkan begitu saja menumpuk. Tapi berkat bantuan dari pemerintah kondisi
jalan sudah bagus dan anak-anak di sana juga sudah dapat bersekolah dengan
gratis.
2.
Mata Pencaharian Warga
a. Perumahan
Bumi Batara Gowa
Perumahan
Bumi Batara Gowa merupakan daerah perkotaan sehingga warganya rata-rata
tergolong berpenghasilan besar. Perumahan Batara Gowa hampir secara keseluruhan
warganya memiliki pekerjaan sebagai pegawai negeri dan pengusaha. Walaupun ada
beberapa warga yang pekerjaannya hanya sebagai wira swasta tapi itu hanya
sedikit karena perumahan ini merupakan daerah yang memiliki kehidupan layak dan
semua kebutuhannya terpenuhi.
b. Pemukiman
Penduduk (di Sekitar Pabrik Kertas Gowa)
Pemukiman
Penduduk (di Sekitar Pabrik Kertas Gowa) merupakan daerah menengah karena
warga-warga mereka hanya berpenghasilan kecil. Rata-rata pekerjaan di pemukiman
tersebut adalah penjual di warung-warung depan rumah mereka, pedagang di pasar
dan seorang pekerja di salon atau bengkel. Walaupun sebenarnya rata-rata warga
disana dulu adalah seorang karyawan di Pabrik Kertas Gowa tapi pabrik tersebut
telah di tutup sehingga kebanyakan warganya hanya seorang pengangguran dan
harus mencari penghasilan kecil-kecilan seperti buka warung, bengkel, dll. Di
depan rumah mereka. Menurut warga di sana kebutuhan mereka masih sulit untuk
terpenuhi sehingga mereka belum bisa hidup layak.
c. Perumahan
Masyarakat Malino
Perumahan
Masyarakat Malino merupakan daerah yang masih tergolong menengah juga karena
warga-warga mereka memiliki pengasilan yang banyak saat pendapatan hasil kerja
mereka juga banyak. Pekerjaan warga-warga laki-laki di sana rata-rata adalah
seorang nelayan dan perempuan-perempuan di sana beberapa ada yang membuat
penghasilan kecil-kecilan seperti warung-warung. Apabila kurangnya hasil
tangkapan mereka biasa kebutuhan sehari-hari mereka sulit terpenuhi jadi
terpaksa mereka harus pintar-pintar menggunakan pengasilan mereka setiap
saatnya.
d. Pemukiman
Masyarakat Kanreapia
Pemukiman
Masyarakat Kanreapia merupakan warga yang memiliki penghasilan tidak menetap
karena rata-rata warga di sana adalah seorang petani, ada petani wortel, kol,
daun bawang, bawang merah, sawi, dll. Saat musim panen mereka mendapatkan hasil
yang banyak sehingga kebutuhan meraka bisa terpenuhi tapi saat cuaca tidak
mendukung seperti musim kemarau atau musim hujan yang lebat bisa menunda
penghasilan mereka sehingga susahnya mereka memenuhi kebutuhannya di saat itu.
Sehingga terpaksa biasanya mereka tidak makan seharian karena tidak adanya
penghasilan yang mereka dapatkan.
3.
Hubungan Sosial Budaya Antar warga
a. Pemukiman
Bumi Batara Gowa
Hubungan social
budaya penduduk Bumi Batara Gowa cukup baik, meskipun mereka memiliki kesibukan
yang tidak bisa ditoleransi. Hal itu terbukti dengan adanya sikap tenggang rasa
yang tinggi antar sesama warga. Budaya pun tetap mereka lestarikan. Mereka
senantiasa menjunjung tinggi budaya gotong-royong terutama daam hal menjaga
kebersihan.
b. Pemukiman
Penduduk disekitar Pabrik Kertas Gowa
Penduduk di
daerah ini cukup menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang ada. Hubungan social
antar warga pun terbilang erat. Jika ada sebuah acara, mereka saling
berpartisipasi demi menjaga tali silaturahmi antar sesama.
c. Pemukiman
Masyarakat Parangloe
Hubungan social
budaya di lokasi ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan lokasi
sebelumnya. Baik itu hubungan social antar warga maupun nilai budaya masih
sangat terjaga dengan baik.
d. Pemukiman
Masyarakat Kanreapia
Pada
lokasi ini, hubungan social budaya antar warga sangat baik dan sangat erat. Selain
karena masyarakat di daerah ini cukup homogeny, mereka juga masih memegang
adat-istiadat dari nenek moyang terutam dalam hal kegotong-royongan dan budaya
malu. Mereka memiliki rasa kerja sama yang sangat tinggi. Sebagai contoh, jika
ada seorang warga yang hendak membangun rumah, maka seluruh warga turut
berpartisipasi membantu pembangunan tersebut tanpa upah atau gaji, tidak
seperti masyarakat kota pada umumnya.
C.
Gambaran
Umum Kondisi Fisik
1.
Morfologi wilayah
a. Pemukiman
Bumi Batara Gowa
Tanah di lokasi ini berbatu / tanah
yang berlumpur, akibatnya daerah ini menjadi subur. Tipe geomorfologinya ialah
dataran rendah. Di lokasi ini juga menggunakan air tanah dan air PAM.
b. Pemukiman
Penduduk disekitar Pabrik Kertas Gowa
Tanah di daerah ini termasuk daerah yang tanahnya berbatu.
Karena termasuk dataran rendah, maka
tipe hidrologinya ialah air tanah dan juga di daerah ini menggunakan air Pompa
Air Minum (PAM)
c. Pemukiman
Masyarakat Parangloe
Lokasi ketiga ini beriklim sedang, karena daerahnya yang
termasuk daerah perbukitan dan memiliki wilayah tanah yang berbatu. Tipe geomorfologinya yaitu air
mata air atau juga air yang berasal dari sungai.
d. Pemukiman
Masyarakat Kanreapia
Daerah ini memiliki iklim yang sangat
sejuk sekaligus dingin. Lokasi ini
terlihat sejuk, karena daerahnya yang bergunung-gunung, berlembah dan
terjal. Daerah ini benar-benar sangat jauh dari polusi udara yang umumnya kita
jumpai didaerah perkotaan. Sejauh mata memandang hanya pepohonan rindang dan
pegunungan yang nampak jelas.
Sebagai daerah yang memiliki intensitas hujan yang tinggi,
Desa Kanreapia juga memiliki kondisi hidrologi yang baik sebagai daerah
pertanian karena di lalui banyak sungai yang berpotensi sebagai sumber irigasi
bagi pertanian penuduk. Secara umum, wilayah ini merupakan darah basah atau lembab yang cocok
untuk pengembangan sektor pertanian.
Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa merupakan wilayah
dataran tinggi dengan banyak macam jenis tanah dan jenis batuan penyusunnya,
diantaranya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1 jenis
tanah & jenis batuan yang terdapat di kecamatan Tinggimoncong
Geologi
|
|
Jenis tanah
|
Jenis batuan
|
Andosol
Latosol
Regosol coklat kekelabuan
|
Basal
Lava
Breksi
Tufa
Konglomerat
Pusat
erupsi
Erupsi
parasit
Breksi
Lahar
|
Sumber : diolah dari data GIS
2.
Kemiringan Lereng
Untuk
daerah Pemukiman Bumi Batara Gowa, Pemukiman Penduduk disekitar Pabrik Kertas
Gowa, dan Pemukiman Masyarakat Parangloe memiliki kemiringan lereng yang kurang
signifikan. Namun, untuk daerah Kanreapia, Kecamatan Tinggimoncong yang terletak
di dataran tinggi di kabupaten Gowa atau berada di daerah pegunungan, memiliki
ketinggian antara 1.500 - 1.650 Meter di atas permukaan laut. Ditinjau dari
segi kemiringan lereng desa Kanreapia sebagian besar berada pada kemiringan
lereng 8 – 40 %, atau sebagian besar wilayahnya adalah pegunungan.
3.
Suhu Daerah Setempat
Suhu pada daerah
Pemukiman Bumi Batara Gowa, Pemukiman Penduduk disekitar Pabrik Kertas Gowa, dan Pemukiman Masyarakat Parangloe
berkisar 270C - 320C. Suhu di daerah ini berada di atas
suhu normal sebagian besar wilayah di Indonesia yakni 270C karena
dipengaruhi oleh beberapa factor salah satunya adalah tingginya tingkat polusi
sehingga pemanasan global pun tak terelakkan. Adapun suhu di daerah Pemukiman Masyarakat Kanreapia cukup rendah
yakni berkisar 180C – 230C dengan fluktuasi 50C.
Daerah ini memiliki suhu yang lebih rendah dari suhu normal karena berada pada
daerah perbukitan yang notabene bercuaca dingin. Curah hujan di Desa kanreapia 2.300mm/tahun dan memiliki
type iklim B yang terdiri dari 9 bulan basah 2 bulan kering dan 1 bulan lembab.
Kelembaban udara 85% dan terjadi dua kali musim penghujan dalam setahun.
D.
Gambaran
Budaya yang Masuk
Secara
keseluruhan, keempat lokasi tersebut memiliki kebudayaan yang hampir sama,
mulai dari kebiasaan masyarakat dalam mengerjakan sesuatu selalu
bergotong-royong hingga adat pernikahan yang secara keseluruhan pelaksanaanya
memakai adat Bugis atau Makassar. Hal ini karena mereka berada pada satu
kabupaten, yakni Kabupaten Gowa serta sebagian besar penduduknya juga merupakan
penduduk asli Sulawesi-Selatan. Adapun pengaruh kebudayaan yang masuk karena
adanya masyarakat pendatang tidaklah terlalu dominan karena masyarakat setempat
sangat menjaga dan melestarikan budaya yang ada, terutama di daerah Kanreapia.
Penduduk setempat sangat kental akan
budaya dan seperti penjelasan sebelumnya, kehidupan masyarakat pun masih sangat
tradisional walaupun di daerah tersebut banyak warga pendatang dari jawa tapi
mereka hanya menggeluti kebudayaan masing-masing. Jadi, budaya bercocok tanam
yang merupakan ciri khas masyarakat Kanreapia bukanlah budaya asli daerah ini
melainkan budaya baru yang masuk yang kemudian diterima oleh penduduk setempat
karena mendatangkan banyak manfaat salah satunya dapat memperbaiki perekonomian
masyarakat setempat.
E.
Hasil
Setelah
melalui proses pelaksanaan praktek lapangan di Desa Kanreapia Kecamatan
Tinggimoncong Kabupaten Gowa maka, penulis dapat menyajikan informasi-informasi
yang diperoleh dalam bentuk tabel, sebagai berikut:
Tabel 4.2 Persentase Umur
Responden
Umur
|
Jumlah
|
Presentasi
|
< 35 tahun
Antara 35-45
tahun
< 45 tahun
|
7 orang
9 Orang
3 Orang
|
40 %
45 %
15 %
|
Jumlah
|
19 orang
|
100%
|
Sumber
data: Hasil olah kuesioner praktek lapang M.K. ISBD di desa Kanreapia, 22
Oktober 2011
Tabel 4.3 Persentase
Pekerjaan Responden
Pekerjaan
|
Jumlah
|
Persentase
|
Tukang
(batu, kayu, dll)
Security
Pegawai
Negeri Sipil
Pegawai
swasta
Wiraswasta
Pedagang
Petani
Ibu
rumah tangga
Pengangguran
|
1 orang
1 orang
3 orang
-
3 orang
2 orang
6 orang
2 orang
1 orang
|
5,26%
5,26%
15,79%
-
15,79%
10,52%
31,60%
10,52%
5,26%
|
Jumlah
|
19 orang
|
Sumber data: Hasil olah kuesioner
praktek lapang M.K. ISBD di desa Kanreapia, 22 Okotber 2011
Tabel 4.4 Persentase
Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat Pendidikan
|
Jumlah
|
Persentase
|
Tidak Tamat SD
Tamat SD
Tidak Tamat SMP/Sederajat
Tamat SMP/Sederajat
Tidak Tamat SMA/Sederajat
Tamat SMA/Sederajat
Sarjana
Pasca Sarjana
|
-
2 orang
5 orang
-
3 orang
1 orang
6 orang
1 orang
1 orang
-
|
-
10,52%
26,33%
-
15,79%
5,26%
31,58%
5,26%
5,26%
-
|
Jumlah
|
19 orang
|
100 %
|
Sumber data: Hasil olah
kuesioner, 22 Oktober 2011
Tabel 4.5 Persentase
Tingkat Pendapatan Responden
Tingkat
Pendapatan/ bulan
|
Jumlah
|
Persentase
|
Kurang dari Rp
1.000.000,00
Rp
1.000.000,00-Rp 2.000.000,00
Lebih dari Rp
2.000.000,00
|
3 orang
3 orang
13 orang
|
15,79%
15.79%
68,42%
|
Jumlah
|
19 orang
|
100 %
|
Sumber data: Hasil olah kuesioner, 22 Oktober
2011
Tabel 4.6 Persentase
Tingkat Pengeluaran Responden
Tingkat
Pengeluaran/ bulan
|
Jumlah
|
Persentase
|
Kurang dari Rp 1.000.000,00
Rp 1.000.000,00-Rp 2.000.000,00
Lebih dari Rp 2.000.000,00
|
2 orang
4 orang
13 orang
|
10,52%
21,05%
68,43%
|
Jumlah
|
19 orang
|
100 %
|
Sumber data: Hasil olah
kuesioner, 22 Oktober 2011
Tabel 4.7 Persentase
Jumlah Anggota Keluarga/Anak yang Dimiliki Responden
Jumlah Anggota/
Anak yang dimiliki
|
Jumlah
|
Persentase
|
Kurang dari 3 orang
Antara 3-5 orang
Lebih dari 5 orang
|
1 orang
9 orang
9 orang
|
5,26%
47,37%
47,37%
|
Jumlah
|
19 orang
|
100 %
|
Sumber data: Hasil olah
kuesioner, 22 Oktober 2011
Tabel 4.8 Persentase
Organisasi Desa yang sering diikuti Responden
Organisasi Desa
|
Jumlah
|
Persentase
|
PKK
Karang Taruna
Remaja Mesjid
Tidak ada
|
3 orang
-
10 orang
6 orang
|
15,80%
-
52,63%
31,57%
|
Jumlah
|
19 orang
|
100 %
|
Sumber data: Hasil olah
kuesioner, 22 Oktober 2011
Tabel 4.9 Persentase
Kegiatan Sosial yang sering dilakukan Responden
Kegiatan Sosial
|
Jumlah
|
Persentase
|
Pernikahan
Kematian
Gotong-Royong
Kegiatan Keagamaan
Semua
|
3 orang
1 orang
4 orang
-
11 orang
|
15,80%
5,26%
21,04%
-
57,90%
|
Jumlah
|
19 orang
|
100 %
|
Sumber
data: Hasil olah kuesioner, 22 Oktober 2011
Tabel 4.10 Persentase
Tingkat Status/Strata Sosial Responden
Strata Sosial
|
Jumlah
|
Persentase
|
Paling Atas
Atas
Menengah
Bawah
Paling Bawah
|
-
1
14 orang
4 orang
-
|
-
5,26%
73,68%
21,06%
-
|
Jumlah
|
19 orang
|
100 %
|
Sumber
data: Hasil olah kuesioner, 22 Oktober 2011
F.
Pembahasan
Berdasarkan
informasi-informasi yang telah dikumpulkan oleh praktikan selama proses
pelaksanaan praktek lapangan di Desa Kanreapia yang kemudian disusun secara
sistematis dalam bentuk tabulasi, maka
penyusun mendeskripsikan hasil observasi tersebut sebagai berikut:
1.
Kelompok Umur Responden
Berdasarkan tabel yang telah disajikan sebelumnya,
dapat disimpulkan bahwa di desa Kanreapia ini penduduknya masih didominasi oleh
penduduk dengan usia remaja sampai produktif yakni sebesar 68,43% dari jumlah
keseluruhan responden yang diwawancarai. Sedangkan penduduk yang sudah memasuki
usia lanjut dan tidak produktif lagi yakni sebesar 31,57% dari jumlah responden
yang diwawancarai.
2.
Pekerjaan responden
Dari data pekerjaan responden dapat dilihat bahwa, jenis pekerjaan yang
dominan dari responden yang disampel adalah petani yaitu 31,60%, disusul dengan
PNS dan wiraswasta yang masing-masing 15,79%, kemudian pedagang dan Ibu Rumah
Tangga (IRT) sebesar 10,52%, dan yang terakhir adalah security dan tukan yang
masing-masing sebesar 5,26%. Selain itu, terdapat pula pengangguran sebesar
5,26%. Penyebab utama pekerjaan penduduk mayoritas petani adalah karena desa
Kanreapia merupakan daerah agraris yang didukung temperatur, kelembaban, serta
kesuburan lahan yang baik.
3.
Tingkat pendidikan responden
Dari data dapat
disimpulkan bahwa tingkat pendidikan pada masyarakat Kanreapia belum bisa
dikatakan memadai, yang ditandai masih kurang responden yang pernah mengecap
pendidikan ditingkat perguruan tinggi
yakni hanya sebesar 10,52%, bahkan masih ada juga responden yang tidak pernah
sekalipun mengecap dunia pendidikan yakni sebesar 10,52%. Namun jika kita
melihat data yang lain yaitu ada sekitar 78,96% responden yang telah melewati
tingkat sekolah dasar, SMP, dan SMA. Data tersebut sudah dapat menggambarkan
tingkat pendidikan di daerah ini belum
memadai dan kedepannya sangat diharapkan untuk lebih ditingkatkan lagi.
4.
Tingkat pendapatan dan pengeluaran
responden
Dari data pendapatan responden dapat dilihat bahwa, tingkat pendapatan
responden per bulannya cukup tinggi yaitu tingkat penghasilan kurang dari Rp
1.000.000,00 hanya sebesar 15,79%, disusul dengan tingkat pengahasilan antara
Rp 1.000.000,00 hingga Rp 2.000.000,00 per bulan yakni sebesar 15,79% dan
tingkat pendapatan lebih dari Rp 2.000.000,00 sebesar 68,42%. Namun, jika
dilihat dari pengeluaran mereka tiap bulannya, yakni sebesar 68,43% yang
memiliki pengeluaran lebih dari Rp 2.000.000,00; 21,05% yang memiliki
pengeluaran antara Rp 1.000.00,00 hingga Rp 2.000.000; dan sebesar 10,52%
masyarakat yang memiliki pengeluaran kurang dari Rp 1.000.000,00. Dari sini
kita dapat melihat walaupun penghasilan rata-rata masyarakat cukup tinggi, namun
pengeluaran mereka jauh lebih besar daripada penghasilan mereka. Sehingga kita
dapat menyimpulkan kalau masyarakat setempat cukup kekurangan dalam hal
pemenuhan kebutuhan.
5.
Jumlah anggota keluarga/anak responden
Dari
data dapat disimpulkan bahwa 5,20% dari responden yang diwawancari praktikan
memiliki anggota keluarga sebanyak kurang dari 3 orang, 47,37% lagi memiliki
jumlah anggota keluarga sebanyak 3-5 orang, dan sisanya 47,37% responden
memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari 5 orang. Hal ini menggambarkan
bahwa masyarakat di daerah ini didominasi oleh keluarga besar dengan jumlah
anak cukup banyak sebab mereka belum merealisasikan KB atau program pemerintah
dalam menekan pertumbuhan penduduk.
6.
Organisasi desa yang sering dilakukan
responden
Dari hasil
analisis data yang dilakukan, kita dapat menyimpulkan bahwa sebagian besar
masyarakat cukup aktif dalam kegiatan keagamaan khususnya agama Islam,
mengingat mayoritas penduduk adalah beragama Islam. Hal itu dapat dilihat dari
besarnya presentasi masyarakat yang aktif dalam remaja mesjid, dibandingkan
organisasi desa yang lain, seperti PKK, Karang Taruna, dll.
7.
Kegiatan sosial yang sering dilakukan
responden
Dari data yang
diperoleh praktikan selama pelaksanaan praktek lapangan, diperoeh informasi
bahwa masyarakat setempat cukup aktif dalam semua kegiatan social yang
berlangsung, baik itu pernikahan, kematian, gotong-royong, dan kegiatan
keagamaan. Hal ini menggambarkan dengan jelas bahwa hubungan kekerabatan antara
penduduk di daerah Kanreapia sangat tinggi.
Mereka patut dijadikan panutan oleh generasi saat ini karena mereka memiliki
jiwa social yang terbilang tinggi.
8.
Strata social yang dimiliki responden
Dari hasil
analisis data serta observasi secara langsung, sebagian besar penduduk
Kanreapia berada pada strata social menengah ke bawah. Sebanyak 73,68%
masyarakat kalangan menengah, sebanyak 21,06% masyarakat kalangan bawah, dan
hanya sekitar 5,26% masyarakat kalangan atas.
Informasi
tambahan yang diperoleh praktikan selama pelaksanaan praktek lapangan ini yakni
mengenai unsur-unsur budaya lainnya seperti bahasa, sistem teknologi, agama,
organisasi sosial, dan kesenian.
Bahasa
yang digunakan di daerah ini adalah bahasa Makassar Konjo, dimana terjadi
perpaduan antara bahasa Makassar dengan bahasa Konjo. Hal ini diperkirakan
terjadi karena adanya proses pembauran masyarakat asli dengan masyarakat
pendatang yang ada di daerah ini.
Sistem teknologi
di daerah ini sudah mulai berkembang, hal ini dibuktikan dengan masyarakat yang
sudah mulai menggunakan handphone,
televisi, radio, dan peralatan elektronik lainnya. Perkembangan teknologi ini
secara erat berkaitan dengan tingkat pengetahuan masyarakat di daerah ini. Di
desa Kanreapia sendiri sudah terdapat sekolah dasar, sekolah menengah pertama
dan sekolah menengah atas dengan jarak
yang cukup jauh dari jantung desa. Agama yang dianut oleh masyarakat di daerah
ini didominasi oleh agama Islam. Biasanya juga terdapat remaja-remaja mesjid
yang bertugas mengurus acara-acara yang sifatnya keagaamaan yang diselenggrakan
di masjid. Organisasi sosial lain yang ada di daerah ini adalah PKK dan majelis
taklim untuk-ibu-ibu muslimah yang akan mengadakan pengajian rutin.
9.
Hubungan Kondisi Geografis dengan
Keadaan Sosial Masyarakat Kanreapia
Berdasarkan
analisis data yang telah dipaparkan oleh penulis pada bagian sebelumnya, maka
dapatlah dilihat dengan jelas bahwa terdapat hubungan antara kondisi geografis
di desa Kanreapia dengan keadaan sosial
budaya yang ada di daerah ini.
Hubungan ini terlihat
jelas pada keadaan lahan yang ada di daerah ini yang berupa daratan-daratan
miring namun memiliki tingkat kesuburan tanah yang tinggi, sehingga hal
tersebut mendorong para penduduk untuk mengolah lahan dengan membuat
terasering-terasering. Dengan demikian, terdapatlah banyak penduduk yang bermata pencaharian sebagai
petani.
Hubungan lain
yang juga sangat tergambar dengan jelas adalah kegiatan-kegiatan sosial yang
dilakukan penduduk dengan prinsip gotong-royong yang mencerminkan kekerabatan
yang amat tinggi di antara mereka. Hal
ini juga dipengaruhi oleh keadaan lahan yang ada, karena banyak daratan-daratan
miring maka penduduk hanya akan membangun pemukiman dengan kemiringan yang
rendah (landai), dimana pemukiman-pemukiman ini tergolong mepet sehingga
jalinan kekerabatan yang baik lebih mudah terbentuk.
10. Air Terjun Takapala dan Pasar Malino
Selain dari keempat
lokasi yang dipaparkan di atas, penulis juga mengunjungi objek wisata yang ada
di Malino yaitu Air Terjun Takapala serta Pasar Malino yang terkenal dengan
beragam oleh-oleh khas Malino. Namun karena keterbatasan waktu, penulis hanya
melakukan observasi singkat di dua lokasi ini.
Lokasi air terjun
Takapala memiliki iklim yang sejuk. Lokasi ini terlihat sejuk, karena daerahnya
yang bergunung-gunung, berlembah dan terjalnya dengan kemiringan sekitar 80º
serta air terjunnya yang sangat indah dengan tanah yang berbatuan serta
batuannya yang berbongkahan besar-besar. Profesi penduduk sekitar air terjun
itu sebagian bertani karena mayoritas penduduknya yaitu berjualan untuk
kepentingan wisata. Pola pemukimannya menyebar di sekitar air tejun itu.
Jalanannya sudah beraspal sehingga memudahkan arus wisata menjadi lancar.
Kebersihannya juga sudah terjamin bersih.
Adapun lokasi terakhir
adalah Pasar Sentral Malino memiliki iklim yang tidak kalah sejuknya karena
berada di sekitaran Kota Malino yang menandakan adanya hutan pinus yang
memberikan iklim yang sejuk. Tipe geologinya berbatuan dengan tipe geomorfologi
berbukit-bukit dengan kemiringan sekitar 20º - 30º. Sumber hidrologinya yaitu
berasal dari air PAM. Aktifitas masyarakat umumnya berprofesi di bidang bisnis
atau berjualan karena beragam oleh-oleh khas Malino tersedia disini. Bahkan
tidaklah sah bagi pengunjung yang berwisata ke Malino jika tidak mampir di
Pasar Malino.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
hasil pelaksanaan praktek lapangan mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar yang
dilaksanakan pada tanggal 22 – 23 Oktober 2011 dan diperoleh hasil data-data
dari responden saya menyimpulkan:
1.
Berkat pelaksanaan praktek lapangan ini
mahasiswa dapat terjun langsung mengetahui bagaimana keadaan di daerah-daerah
lokasi yang mejadi tempat pelaksanaan praktek lapangan.
2.
Berkat pelaksanaan praktek lapangan ini
mahasiswa lebih banyak tahu tentang kebudayaan-kebudayaan daerah, serta
memberikan pengetahuan bagaimana cara berinteraksi dengan warga-warga di
sekitar lokasi pelaksanaan praktek lapangan.
3.
Berkat pelaksanaan praktek lapangan ini
mahasiswa dapat mengetahui apa perbedaan setiap daerah dalam mata pencaharian
yang paling dominan di geluti warga-warga sekitar.
4.
Kondisi
pedesaan dan perkotaan sangat berbeda karena dilihat dari mata pencahariannya
di pedesaan rata-rata warganya memiliki pekerjaan menjadi seorang petani
sedangkan di perkotaan rata-rata warganya memiliki pekerjaan sebagai seorang
pegawai negeri dan pengusaha.
5.
Kondisi
lingkungan antara pedesaan dan perkotaan sangat banyak. Di pedesaan
lingkungannya belum begitu bersih tapi udaranya sangat sejuk karena banyaknya
pepohonan yang terdapat di sana dan suhunya juga sangat dingin terutama di
daerah Kanreapia, sedangkan di perkotaan lingkungannya mulai terlihat bersih,
sampah-sampah sudah kurang yang berserakan di mana-mana tapi udaranya sangat
panas dan sulit kalau kita ingin menghirup udara sejuk karena kurangnya
pepohonan.
B.
Saran
Adapun
saran yang diajukan penulis setelah pelaksanaan praktek lapangan ini adalah:
1.
Diharapkan agar bantuan pemerintah
kepada masyarakat-masyarakat di daerah di tingkatkan lagi khususnya terkait
pendidikan, jalanan dll.
2.
Diharapkan agar pelaksanaan praktek
lapangan ke depannya dilaksankan sesuai dengan jadwal dan agenda yang telah
ditetapkan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,
Zainal. 2008. Ilmu Sosial Budaya Dasar.
Makassar : UNM.
Mawardi dan Nur Hidayati. 2007. IAD, ISD, IBD. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Universitas Negeri Makassar. 2011.Modul Ilmu Sosial Budaya Dasar.
Makassar: UNM.
http://www.wilayahindonesia.com/kabupaten-per-propinsi/kabupaten-di-sulawesi-selatan/kabupaten-gowa/