Vrydag 29 Maart 2013

Tugas ISBD


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Praktek Lapang
Lingkungan adalah sesuatu yang tidak lepas dari pribadi makhluk hidup, terutama manusia. Lingkungan merupakan sebuah wadah penampung semua aktivitas ataupun kegiatan pada makhluk hidup.Lingkungan juga sebagai tempat untuk makhluk hidup menggantungkan hidupnya.
Lingkungan terhadap manusia terutama. Lingkungan pada manusia mempunyai peranan yang amat penting karena lingkungan adalah sumber penghidupan yang layak. Jika lingkungan tersebut terjaga, maka manusia pun akan bisa merasakan nyamannya untuk hidup. Dalam artian, manusia bisa tetap terjaga kesehatannya,terjaga kebersihannya. Jika lingkungan kotor, pastinya manusia akan terjangkit berbagai penyakit, hidup jadi tidak bersih dan tidak nyaman.
Apalagi di kota-kota besar sekarang ini ,masih kurangnya kesadaran manusia untuk bisa hidup bersih. Masih banyak yang buang sampah sembarangan, mencabuti tanaman-tanaman yang ada untuk penghijauan, dan menebang pohon. Semua itu dapat berakibat fatal bagi pertahanan linkungan itu sendiri. Seperti contoh, dengan membuang sampah sembarangan, pasti nanti sampah tersebut akan menumpuk di suatu tempat baik itu selokan, sungai, kali dan pasti akan membuat aliran air pada tempat itu tidak berjalan lancar, sehingga terjadilah banjir.

B.       Tujuan Praktek Lapang
            Dari hasil praktek lapang yang kita lakukan dapat kita peroleh beberapa tujuan praktek lapang ini dilakukan yaitu untuk:
1.        Mengetahui keadaan lingkungan di sekitar
2.        Mengetahui rata-rata mata pencaharian masyarakat sekitar
3.        Mengetahui Perbandingan antara pedesaan dan perkotaan
C.      Manfaat Kegiatan Praktek Lapang
            Dengan dilakukannya praktek lapang Ilmu Sosial dan Budaya Dasar ini maka kita dapat mengetahui banyak manfaat dari kegiatan tersebut diantaranya manambah pengetahuan atau wawasan tentang masalah-masalah sosial yang sedang terjadi di masyarakat,mampu melihat perbedaann kehidupan pada masyarakat yang hidup di daerah perkotaan dan pedesaan, baik dari segi pendidikan, sosial-ekonomi, dan budaya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.      Pengertian Hakikat Manusia
Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan paling sempurna. Di dalam diri manusia terdapat apa-apa yang terdapat di dalam makhluk hidup lainnya yang bersifat khsusus. Dia berkembang, bertambah besar, makan, istirahat, melahirkan dan berkembang biak, menjaga dan dapat membela dirinya, merasakan kekurangan dan membutuhkan yang lain sehingga berupaya untuk memenuhinya. Dia memiliki rasa kasih sayang dan cinta.Rasa takut dan aman, menyukai harta, menyukai kekuasaan dan kepemilikan, rasa benci dan rasa suka, merasa senang dan sedih dan sebagainya yang berupa perasaan-perasaan yang melahirkan rasa cinta. Hal itu juga telah menciptakan dorongan dalam diri manusia untuk melakukan pemuasan rasa cintanya itu dan memenuhi kebutuhannya sebagai akibat dari adanya potensi kehidupan yang terdapat dalam dirinya. Oleh karena itu manusia senantiasa berusaha mendapatkan apa yang sesuai dengan kebutuhannya,hal ini juga dialami oleh para mahluk-mahluk hidup lainnya, hanya saja, manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya dalam hal kesempurnaan tata cara untuk memperoleh benda-benda pemuas kebutuhannya dan juga tata cara untuk memuaskan kebutuhannya tersebut. Makhluk hidup lain melakukannya hanya berdasarkan naluri yang telah Tuhan ciptakan untuknya sementara manusia melakukannya berdasarkan akal dan pikiran yang telah  dikaruniakan Tuhan kepadanya (Hendrawan, 2008).

B.       Definisi Manusia
Beberapa definisi manusia berdasarkan fungsinya, yaitu:
1.        Manusia adalah makhluk utama, yaitu diantara semua makhluk natural dan supranatural, yang  mempunyai jiwa bebas dan hakikat -  hakikat yg mulia.
2.        Manusia adalah kemauan bebas. Yang berarti bahwa kemanusiaan telah masuk ke dalam rantai kausalitas sebagai sumber utama yang bebas  kepadanya dunia alam, sejarah dan masyarakat sepenuhnya bergantung, serta terus menerus melakukan campur tangan pada dan bertindak atas rangkaian deterministis ini. Dua determinasi eksistensial, kebebasan dan pilihan, telah memberinya suatu kualitas seperti Tuhan
3.        Manusia adalah makhluk yg sadar. Kesadaran dalam arti bahwa melalui daya refleksi yang menakjubkan, ia memahami aktualitas dunia eksternal, menyingkap rahasia yg tersembunyi dari pengamatan, dan mampu  menganalisa masing-masing realita dan peristiwa.
4.        Manusia adalah  makhluk yang sadar diri. Ini berarti bahwa ia mampu mempelajari, manganalisis, mengetahui dan  menilai dirinya.
5.        Manusia adalah makhluk kreatif. Hal ini menyebabkan manusia memiliki kekuatan yang memberinya kemampuan untuk melewati parameter alami dari eksistensi dirinya, memberinya perluasan dan kedalaman eksistensial yang tak terbatas, dan menempatkannya pada suatu posisi untuk menikmati apa yang belum diberikan alam.
6.        Manusia adalah makhluk idealis. Idealisme adalah faktor utama dalam pergerakan dan evolusi manusia. Idealisme tidak memberikan kesempatan untuk puas di dalam  batasan realita yang ada. Kekuatan inilah yang selalu memaksa manusia untuk merenung, menemukan,  menyelidiki,  mewujudkan,  membuat dan mencipta dalam alam jasmaniah dan ruhaniah.
7.        Manusia adalah makhluk moral. Di sinilah timbul pertanyaan penting mengenai nilai. Nilai yang terdiri dari ikatan yang ada antara manusia dan setiap gejala, perilaku, perbuatan atau dimana suatu motif yg lebih tinggi daripada motif manfaat timbul. Ikatan ini mungkin dapat disebut ikatan suci, karena ia dihormati dan dipuja begitu rupa sehingga orang merasa rela untuk membaktikan atau mengorbankan kehidupan mereka demi ikatan ini.
8.        Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai esensi uniknya sendiri, dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala yg bersifat istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan, ikut campur dalam alam yg independen, memiliki kekuatan untuk memilih dan mempunyai andil dalam menciptakan gaya hidup melawan kehidupan alami. Kekuatan ini memberinya suatu keterlibatan dan tanggung jawab yg tidak akan punya arti kalau tidak dinyatakan dengan mengacu pada sistem nilai.

C.      Manusia Berdasarkan Perannya
Manusia dapat di bedakan atas beberapa perannya, yaitu:
1.        Manusia Sebagai Makhluk Individu
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tesebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut lagi sebagai seorang individu.
Ciri seorang individu tidak hanya mudah dikenali lewat ciri fisik atau biologisnya. Sifat, karakter, perangai atau gaya dan selera atau orang juga berbeda-beda. Misalnya saja, orang yang tingal di daerah pantai akan memiliki sifat dan kebiasaan yang berbeda dengan orang yang tinggal di daerah pegunungan. Orang yang tinggal di daerah pantai biasanya berbicara dengan suara keras, berbeda dengan orang yang tinggal di daerah pegunungan yang berbicara dengan suara agak lunak.
Selain individu, terdapat kelompok sosial yang lebih besar, seperti keluarga, tetangga dan masyarakat, yang tentu saja memiliki ciri-ciri dan kebiasaan dan karakter yang berbeda-beda pula. Keluarga yang terbiasa dengan suasana yang demokratis dan religius misalnya, berbeda dengan keluarga yang otoriter dan kurang religius. Begitu pula lingkungan tetangga yang familiar dan gotong royong, akan berbeda dengan yang kurang akrab dan individualistis (Anonim, 2011).
2.        Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari seorang manusia tidak kepas dari pengaruh manusia lain yang ada di sekitarnya. Misalnya, ketika seorang mahasiswa pergi ke kampus atau ke tempat lain, ia tidak bisa seenaknya berpakaian menurut kehendaknya sendiri. Ia harus tunduk pada aturan dan kebiasaan wajar yang ada di dalam masyarakat.
Manusia dikatakan sebagai makluk sosial, karena manusia tidak dapat menjalani kehidupannya sebagai manusia jika tidak berada  di tengah-tengah kehidupan manusia-manusia lainnya (Alyani, 2008).
Karena manusia adalah makhluk sosial, mereka melakukan interaksi antara satu dengan yang lain. Namun, interaksi itu terkadang menimbulkan hal-hal lain yang membawa dampak negatif. Dalam hubungan antara anggota dan kelompok masyarakat, kita sering dihadapkan dengan perbedaan-perbedaan. Misalnya orang jawa memilik kebiasaan dan sifat-sifat yang khas demikian juga orang Makassar dan Kanreapia. Terkadang ada sikap negatif yang diperlihatkan satu kelompok kepada  kelompok masyarakat lainnya. Sikap khas yang sering ditampilkan ini disebut prasangka (prejudice).
3.        Manusia Sebagai Pencipta dan Pengguna Kebudayaan
Tercipta atau terwujudnya suatu kebudayaan adalah sebgai hasil intetraksi antara manusia dengan segala isi alam raya ini. Kebudayaan mempunyai keguanaan yang sangat besar bagi manusia. Hasil karya manusia menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadap lingkungan alam:
a)         Suatu hubungan pedoman antara manusia atau kelompoknya.
b)        Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain.
c)         Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia.
d)        Pembeda manusia dan binatang.
e)         Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berperilaku di dalam pergaulan.
f)         Pengaturan agar manusia dapat mengerti bagaiman seharusnya, bertindak, berbuat, menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.
g)        Sebagai modal dasar pembangunan. Selain itu Kebudayaan mempunyai fungsi yang besar bagi manusia  dan masyarakat, berbagai macam kekuatan  harus dihadapi manusia dan masyarakat seperti kekuatan alam dan kekuatan lain (Ryan Rakhmat S, 2009).
4.        Manusia dan Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Kebudayaan sendiri sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Pendapat lain, dikemukakan oleh M. Jacobs dan B.J. Stern, mereka berpendapat bahwa kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi social, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan warisan social.
Sedangkan Koentjaraningrat memandang kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Selanjutnya perwujudan kebudayaan inilah yang akan melahirkan suatu sistem kebuadayaan yang berlaku untuk suatu masyarakat tertentu di daerah tertentu  pula (Ahira, 2011)
5.        Manusia dan Peradaban
Peradaban merupakan  suatu istilah yang digunakan untuk menyebutkan bagian-bagian atau unsur kebudayaan yang dianggap halus, indah, dan maju. Misalnya perkembangan IPTEK, Kesenian, Kepandaian manusia dan sebagainya.
Konsep peradaban tidak lain adalah perkembangan kebudayaan yang telah mencapai tingkat tertentu yang tercermin dalam tingkat intelektual, keindahan, tehnologi, spiritual yang telihat pada masyarakatnya. Dengan demikian peradaban tidak lai  adalah perkembangan kebudayaan  yang telah mencapai tingkat tertentu yang dicirikan  oleh taraf intelektual, keindahan, tehnologi, dan spiritual  yang diperoleh  manusia pendukungnya (Erendi, 2011)

D.      Tahap-tahap Perkembangan Manusia
Kehadiran manusia pertama tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Asal usul manusia menurut ilmu pengetahuan dapat dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan tingkat evolusinya, yaitu :
Pertama, tingkat pra manusia yang fosilnya ditemukan di Johanesburg Afrika Selatan pada tahun 1942 yang dinamakan fosil Australopithecus.
Kedua, tingkat manusia kera yang fosilnya ditemukan di Solo pada tahun 1891 yang disebut pithecanthropus erectus.
Ketiga, manusia purba, yaitu tahap yang lebih dekat kepada manusia modern yang sudah digolongkan genus yang sama, yaitu Homo walaupun spesiesnya dibedakan.Fosil jenis ini di neander, karena itu disebut Homo Neanderthalesis dan kerabatnya ditemukan di Solo (Homo Soloensis).
Keempat, manusia modern atau Homo sapiens yang telah pandai berpikir, menggunakan otak dan nalarnya.

E.       Pengertian Manusia dan Lingkungan Alam
Manusia dapat diartikan sebagai makhluk hidup yang dikaruniai dua kekayaan yaitu akal dan budi atau lazim disebut pikiran dan perasaan. Dengan kekayaan akal dan budi, manusia memunculkan tuntutan-tuntutan hidup dan menghasilkan karya manusia yg monumental. Sedangkan Lingkungan Alam adalah kondisi alamiah baik biotik maupun abiotik yang belum banyak dipengaruhi oleh tangan manusia yang memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan manusia (Anonim, 2011).

F.       Hubungan Manusia dan Lingkungan Alam
Hubungan manusia dan lingkungan alamnya sangat erat. Semua komponen yang terkait antara manusia dan lingkungan ini adalah sebuah rangkaian yang tidak bisa terpisahkan satu dengan yang lainnya. Hubungan manusia atau sikap manusia/individu terhadap lingkungan dalam psikologi sosial terbagi dalam tiga bagian, yaitu individu menolak lingkungan, individu menerima lingkungan, dan individu netral. Kesinambungan antara manusia dan lingkungan alamnya akan tercapai jika adanya interaksi yang baik, seperti memanfaatkan sumber alam untuk pemenuhan kebutuhan hidup, membangun sistem pertanian dan industri serta mencoba membangun habitat alam agar menjadi habitat yang nyaman untuk dapat didiami (Anonim, 2011)

G.      Peranan Manusia Terhadap Lingkungan
Ada beberapa peranan manusia terhadap lingkungan, yaitu:
1.        Manusia sebagai makhluk yang paling dominan secara ekologi artinya manusia mempunyai pengaruh yang besar terhadap lingkungan tempat hidupnya dan organisme lainnya.
2.        Manusia sebagai makhluk pembuat alat artinya manusia dalam melakukan aktifitasnya membutuhkan alat bantu untuk mempermudah kerja mereka.
3.        Manusia sebagai makhluk perampok artinya manusia sebagai makhluk yang omnivora (pemakan segala) akan memakan makanan yang menjadi makanan makhluk hidup lain baik yang bersifat karnivora maupun makhluk herbivora.
4.        Manusia sebagai makhluk penyebab evolusi artinya sebagai contoh tanaman anggrek yang sebelumnya dapat tumbuh liar tanpa perlu disiram dan dipupuk, sekarang setelah dijadikan manusia sebagai tanaman hias tidak akan bisa tumbuh subur jika tidak disiram dan dipupuk.
5.        Manusia sebagai makhluk pengotor Kotoran hewan dan tumbuhan dapat hancur secara alami, sedangkan manusia ada yang mampu terurai di alam secara alami ada yang tidak, hal ini merupakan penyebab kotornya ekosistem.

H.      Contoh Lingkungan Alam
Beberapa contoh-contoh lingkungan alam yang terdapat di Indonesia sebagai beritkut:
1.        Pegunungan adalah bentang alam yang berupa deretan gunung yang bersambungan. Udara di pegunungan biasanya sejuk dan bahkan ada yang sangat dingin. Daerah pegunungan sangat baik untuk bercocok tanam buah, sayur, dan bunga. Daerah pegunungan juga dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata. Oleh karena pemandangannya yang indah. Daerah pegunungan yang banyak ditumbuhi tanaman dapat menyerap dan menyimpan air hujan. Hal ini berguna untuk mencegah terjadinya erosi. Erosi adalah pengikisan tanah yang dapat mengakibatkan terjadinya banjir dan tanah longsor.
2.        Sungai juga termasuk ketampakan alam. Sungai banyak memberikan manfaat bagi manusia. Manfaat sungai, antara lain untuk mandi, mencuci, pengairan lahan pertanian (irigasi) dan sarana transportasi (untuk sungai-sungai besar di luar Pulau Jawa.
3.        Danau merupakan lingkungan alam. Danau terjadi karena adanya cekungan di alam yang terisi air, baik dari air hujan maupun dari mata air yang ada di tempat tersebut. Danau juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat penampungan air. Danau sangat bermanfaat bagi manusia. Manfaat danau bagi kehidupan manusia, antara lain, untuk budi daya ikan air tawar, tempat wisata, irigasi atau pengairan sawah, dan sarana olahraga (dayung).
4.        Pantai biasanya banyak ditumbuhi pohon kelapa dan tumbuhan bakau yang berfungsi menahan abrasi dan erosi. Laut juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana olahraga, seperti berenang menyelam, ski air, selancar, dan perahu layar.

I.         Dampak Kerusakan Alam
Terdapat dua faktor dampak kerusakan alam, yaitu:
1.        Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan).
2.        Perburuan liar.
3.        Merusak hutan bakau.
4.        Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.
5.        Pembuangan sampah di sembarang tempat.
6.        Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).
7.        Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.

J.        Upaya Pelestarian Lingkungan Alam
Pembangunan berwawasan lingkungan adalah usaha meningkatkan kualitas manusia secara bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan dikenal dengan nama Pembangunan Berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan kesepakatan hasil KTT Bumi di Rio de Jeniro tahun 1992. Di dalamnya terkandung 2 gagasan penting, yaitu:
1.        Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk menopang hidup.
2.        Gagasan keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Adapun beberapa upaya untuk pelestarian alam yaitu:
1.        Upaya pemerintah.
Hal-hal yang dilakukan pemerintah antara lain:
a.       Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur tentang Tata Guna Tanah.
b.      Menerbitkan UU No. 4 Tahun 1982, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
c.       Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).
d.      Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian Lingkungan, dengan tujuan pokoknya:
1)        Menanggulangi kasus pencemaran.
2)        Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).
3)        Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).
e.       Pemerintah mencanangkan gerakan menanam sejuta pohon.
2.        Upaya masyarakat bersama pemerintah.
Beberapa upaya yang dapat dilakuklan masyarakat berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup antara lain:
a.       Pelestarian tanah (tanah datar, lahan miring/perbukitan)
Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa yang berkaitan dengan masalah tanah. Banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan tanah oleh aliran air yang disebut erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan tanah serta terkikisnya lapisan tanah dari permukaan bumi. Upaya pelestarian tanah dapat dilakukan dengan cara menggalakkan kegiatan menanam pohon atau penghijauan kembali (reboisasi) terhadap tanah yang semula gundul. Untuk daerah perbukitan atau pegunungan yang posisi tanahnya miring perlu dibangun terasering atau sengkedan, sehingga mampu menghambat laju aliran air hujan.
b.      Pelestarian udara
Udara yang kotor karena debu atau pun asap sisa pembakaran menyebabkan kadar oksigen berkurang. Keadaan ini sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup setiap organisme. Maka perlu diupayakan kiat-kiat untuk menjaga kesegaran udara lingkungan agar tetap bersih, segar, dan sehat. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga agar udara tetap bersih dan sehat, yaitu:
1)      Menggalakkan penanaman pohon atau pun tanaman hias di sekitar kita.
2)      Mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran, baik pembakaran hutan maupun pembakaran mesin Asap yang keluar dari knalpot kendaraan dan cerobong asap merupakan penyumbang terbesar kotornya udara di perkotaan dan kawasan industri.
3)      Mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat merusak lapisan ozon di atmosfer Gas freon yang digunakan untuk pendingin pada AC maupun kulkas serta dipergunakan di berbagai produk kosmetika, adalah gas yang dapat bersenyawa dengan gas ozon, sehingga mengakibatkan lapisan ozon menyusut.







BAB III
METODE PELAKSANAAN PRAKTEK LAPANG
A.      Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktek lapang dalam mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD), dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal           : Sabtu-Minggu, 22-23 Oktober 2011
Pukul                       : 07.00 WITA s.d. selesai
Tempat                     : - Bumi Batara Gowa
                                   -   Di sekitar Pabrik Kertas Gowa, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa.
                                   -   Malino, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa
                                   -   Desa Kanreapia, Kecamatan Tombolopao, Kabupaten Gowa.

B.       Alasan Pemilihan Lokasi
Desa Kanreapia Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa merupakan objek inti penelitian dalam praktek lapangan mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD). Daerah ini dipilih sebagai objek penelitian praktek lapangan karena dianggap mempunyai gejala sosial, budaya, dan ekonomi yang menarik untuk diteliti, terlebih lagi karena kondisi geoografisnya yang berbeda dengan keadaan pemukiman pada umumnya. Dengan demikian, daerah ini dianggap cukup potensial untuk dijadikan objek obsevasi guna mengetahui keadaan sosial, ekonomi, dan kebudayaan di daerah ini.

C.      Alat dan Bahan yang Dipersiapkan
Alat dan bahan yang dipersiapkan dalam hal ini adalah segala peralatan maupun bahan habis pakai yang digunakan oleh praktikan dalam mengumpulkan dan menganalisis data-data yang diperoleh dari objek penelitian selama proses praktek lapangan. Adapun alat dan bahannya yakni sebagai berikut:
1.        Kertas Double Folio Bergaris
Kertas double folio bergaris merupakan bahan habis pakai yang digunakan sebagai tempat untuk menuliskan informasi-informasi yang diperoleh dari para responden untuk kemudian dianalisis, praktikan juga menggunakannya sebagai objek untuk menulis hal-hal yang penting dari apa yang dilihatnya pada masa praktek. Selain itu, kertas double folio bergaris ini juga digunakan praktikan dalam menuliskan laporan sementara selama proses praktek lapangan.
2.        Alat Tulis Pulpen
Alat tulis pulpen merupakan bahan habis pakai yang digunakan untuk menulis informasi-informasi maupun data-data  yang diperoleh dari objek penelitian.
3.        Papan Pengalas
Papan pengalas berguna untuk sebagai pengalas kertas saat ingin menulis dari hasil penelitian dan juga digunakan untuk mengalas kertas yang digunakan saat MID.
4.        Payung atau jas hujan
Cuaca di daerah Kanreapia saat proses observasi mengalami musim penghujanan sehingg kita harus membawa payung dan atau jas hujan agar dapat mengatasi kendala saat melakukan observasi dan di mana saat hujan turun.
5.        Kamera
Kamera merupakan alat yang digunakan sebagai sarana untuk mengambil gambar-gambar (yang berupa foto-foto) pada saat paktek lapangan berlangsung, sebagai bahan dokumentasi untuk item yang diperlukan dalam penyusunan laporan pratek lapang.
6.        Kuesioner
Sebagai media untuk petunjuk dalam pelaksanaan tugas, serta mengandung pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan kepada responden yang ingin kita teliti tentang kehidupannya.
7.        Masyarakat
Masyarakat berguna sebagai responden yang kita wawancarai pada saat praktek lapangan.
8.        Angkutan kota
Angkutan kota adalah alat transportasi yang digunakan saat ingin berangkat dan pulang dalam pelaksanaan peraktek lapangan.

D.      Tahap Pelaksanaan Praktikum
Tahap pelaksanaan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.        Persiapan
Pada tahap persiapan, praktikan mempersiapkan segala keperluan yang dibutuhkan pada saat praktik lapang. Sebelum berangkat ke lokasi, seluruh praktikan berkumpul di pelataran Geografi. Di sini praktikan mendengarkan segala arahan dari Koordinator dan Asisten mengenai apa saja yang harus praktikan lakukan setelah tiba di lokasi observasi. Setelah itu, diadakanlah doa bersama, lalu perjalanan pun dimulai.
2.        Pelaksanaan
Praktikan mulai mengadakan observasi di objek-objek penelitian. Untuk objek pertama yakni Perumahan Bumi Batara Gowa, praktikan mengambil 3 sampel. Di lokasi kedua, yakni pemukiman penduduk disekitar Pabrik Kertas Gowa Kecamatan Bontomarannu, praktikan mengambil 2 sampel. Untuk lokasi ketiga, yakni pemukiman masyarakat Parangloe, praktikan mengambil 2 sampel. Untuk lokasi keempat, yakni pemukiman masyarakat Kanreapia, praktikan mengambil 12 sampel. Pada daerah Kanreapia sengaja diambil banyak sampel karena daerah inilah yang menjadi lokasi inti dari praktek lapang ini. Pada daerah ini pulalah seluruh praktikan beserta Koordinator dan juga asisten menginap. Setelah melakukan observasi, praktikan kemudian membuat laporan sementara yang dituangkan dalam kertas folio bergaris sebanyak 6 halaman.
3.        Penutup
Setelah praktikan kembali ke rumah masing-masing, praktikan kemudian membuat laporang lengkap praktek lapang. Namun karena membuat laporan itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, maka setiap praktikan haruslah terlebih dahulu melakukan asistensi sekaligus konsultasi terhadap laporan yang telah dibuat kepada asisten sebelum laporan tersebut diberikan kepada koordinator dalam hal ini Dosen ISBD. Selain sebagai hasil dari observasi yang dilakukan praktikan, laporan ini juga menjadi syarat bagi praktikan untuk dapat mengikuti final tes untuk mata kuliah ISBD ( Ilmu Sosial Budaya Dasar).
E.       Teknik Pengambilan Data dan Teknik Analisis Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada praktikum adalah:
1.        Kuesioner
Kuesioner yang dimaksud dalam hal ini adalah pertanyaan-pertanyaan sebanyak 23 pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk selanjutnya dijawab guna memperoleh informasi selama proses praktek lapangan berlangsung.
2.        Wawancara
Wawancara yang dimaksud dalam hal ini adalah mengajukan pertanyaan langsung kepada responden sesuai dengan daftar pertanyaan yang tertera dalam kuesioner, metode ini berhubungan sangat erat kaitannya metode kuesioner sebelumnya, namun tidak menutup kemungkinan bahwa ada juga pertanyaan yang diajukan oleh praktikan kepada responden tidak seperti yang tertera di dalam kuesioner, namun pertanyaan tersebut dapat dijadikan bahan sebagai pelengkap dari data-data yang dibutuhkan.
3.        Dokumentasi
Dokumentasi yang dimaksud dalam hal ini adalah pengambilan gambar dalam bentuk foto sebagai bukti bahwa praktikan telah melakukan wawancara langsung kepada responden.
4.        Observasi
Observasi yang dimaksud dalam hal ini adalah pengamatan langsung yang dilakukan praktikan terhadap objek penelitian guna memperoleh informasi-informasi terkait yang diperlukan oleh praktikan.
Adapun teknik analisis data yang dilakukan praktikan adalah dengan cara mendaftar tiap hasil informasi yang diperoleh dari responden kemudian menyajikannya dalam bentuk table lalu menghitungnya dalam bentuk  presentase. Rumus yang digunakan dalam menghitung presentase adalah:
Persentase (%) = jumlah responden bersangkutan  (100%)
                                              keseluruhan jumlah responden

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Deskripsi Umum Lokasi Praktek
Lokasi Praktek diadakan di Kabupaten Gowa dan secara umum daerah kabupaten Gowa dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1.        Batas-Batas Wilayah Kabupaten Gowa.
Sebelah Utara : Kotamadya Makassar dan Kabupaten Maros.
Sebelah Selatan : Kabupaten Takalar dan kabupaten Jeneponto.
Sebelah Timur : Kabupaten Sinjai, Bulukumba dan Bantaeng.
Sebelah Barat : Kota Makassar dan Kabupaten Takalar
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Gowa
2.        Letak Astronomi Kabupaten Gowa
        Secara astronomi Kabupaten Gowa terletak pada koordinat antara 5o 33’ 6” sampai 5o 34’ 7” Lintang Selatan dan 12o 38’ 6” sampai 12o 33’ 6” Bujur Timur. Kabupaten Gowa terletak di bagian selatan Pulau Sulawesi. Ibukotanya Sungguminasa dengan jarak sekitar 6 km dari ibukota Makassar. Dengan luas wilayah 1.883,33 km atau sama dengan 3,01% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.
3.        Pembagian Wilayah Kabupaten Gowa
Wilayah Kabupaten Gowa terbagi dalam 18 Kecamatan dengan jumlah Desa/Kelurahan definitif sebanyak 167 dan 726 Dusun/Lingkungan. Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar berupa dataran tinggi berbukit-bukit, yaitu sekitar 72,26% yang meliputi 9 kecamatan yakni  Kecamatan Parangloe, Manuju, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu dan Biringbulu. Selebihnya 27,74% berupa dataran rendah dengan topografi tanah yang datar meliputi 9 Kecamatan yakni  Kecamatan Somba Opu, Bontomarannu, Pattallassang, Pallangga, Barombong, Bajeng, Bajeng Barat, Bontonompo dan Bontonompo Selatan.
4.        Jumlah Penduduk Kabupaten Gowa
Jumlah penduduk Kabupaten Gowa sampai dengan tahun 2005 mecapai 575 295 jiwa yang terdiri atas 283.291  jiwa laki-laki dan 291.882  jiwa perempuan.

B.       Gambaran Umum Kondisi Sosial Ekonomi
1.        Kondisi Warga (Rumah Tangga)
a.    Perumahan Bumi Batara Gowa
Kondisi warga perumahan bumi batara gowa beberapa warga termasuk warga yang berpenghasilan tinggi dan memiliki kehidupan yang sudah terpenuhi semua. Jalanan di Perumahan tersebut juga sudah teraspal dan rumah-rumah di sana cukup mewah serta tersusun dengan rapi bangunan-bangunannya. Perumahan ini juga keadaan lingkungannya sudah cukup bersih karena warga-warganya mengerti akan pentingnya kebersihan lingkungan.
b.    Pemukiman Penduduk (di Sekitar Pabrik Kertas Gowa)
Kondisi warga di Pemukiman Penduduk (di sekitar Pabrik Kertas Gowa) ini berdasarkan hasil pengamatan yang saya lakukan beberapa warganya kebutuhannya belum cukup terpenuhi dan rumah-rumah di sekitar pemukiman ini juga tdak teratur letaknya serta beberapa warga ada yang memiliki rumah yang cuma terbuat dari kayu. Walaupun begitu tapi jalanan di sekitar pemukiman sudah teraspal, itu karena berkat bantuan pemerintah yang telah melakukan perbaikan jalan di sekitar pemukiman itu. Kondisi kebersihan pemukinan tersebut juga belum terlalu terjaga karena masih banyak sampah-sampah berserakan di sekitarnya.
c.    Perumahan Masyarakat Malino
Kondisi Perumahan Masyarakat Malino berdasarkan hasil pengamatan saya masih tergolong menengah karena rata-rata warga di sana memiliki kondisi rumah yang belum terbangun rapi dan susunan rumah warganya juga sangat tidak beraturan letaknya. Tapi jalanan di sana sudah cukup memuaskan karena berkat bantuan pemerintah jalanan di sana sudah teraspal. Kondisi kebersihan di perumahan tersebut masih kotor karena sampah-sampah mereka tidak di letakkan pada tempatnya, warga hanya membiarkan sampah-sampah berserakan di mana-mana.
d.   Pemukiman Masyarakat Kanreapia
Kondisi warga Pemukiman Kanreapia nilai pedesaannya masih sangat terlihat karena beberapa rumah warga maseh menggunakan rumah panggung. Warga-warga di pemukiman tersebut juga sangat memprihatinkan karena maseh banyak warga yang merasa was-was saat hujan turun karena rumah mereka yang bocor serta adapun rumah dari responden kami yang memiliki kamar mandi tidak layak pakai lagi karena saluran pembuangannya sudah rusak. Kebersihan pemukiman ini juga masih tergolong kotor karena banyaknya sampah yang berserakan di depan rumah warga-warga yang hanya di biarkan begitu saja menumpuk. Tapi berkat bantuan dari pemerintah kondisi jalan sudah bagus dan anak-anak di sana juga sudah dapat bersekolah dengan gratis.
2.        Mata Pencaharian Warga
a.    Perumahan Bumi Batara Gowa
Perumahan Bumi Batara Gowa merupakan daerah perkotaan sehingga warganya rata-rata tergolong berpenghasilan besar. Perumahan Batara Gowa hampir secara keseluruhan warganya memiliki pekerjaan sebagai pegawai negeri dan pengusaha. Walaupun ada beberapa warga yang pekerjaannya hanya sebagai wira swasta tapi itu hanya sedikit karena perumahan ini merupakan daerah yang memiliki kehidupan layak dan semua kebutuhannya terpenuhi.
b.    Pemukiman Penduduk (di Sekitar Pabrik Kertas Gowa)
Pemukiman Penduduk (di Sekitar Pabrik Kertas Gowa) merupakan daerah menengah karena warga-warga mereka hanya berpenghasilan kecil. Rata-rata pekerjaan di pemukiman tersebut adalah penjual di warung-warung depan rumah mereka, pedagang di pasar dan seorang pekerja di salon atau bengkel. Walaupun sebenarnya rata-rata warga disana dulu adalah seorang karyawan di Pabrik Kertas Gowa tapi pabrik tersebut telah di tutup sehingga kebanyakan warganya hanya seorang pengangguran dan harus mencari penghasilan kecil-kecilan seperti buka warung, bengkel, dll. Di depan rumah mereka. Menurut warga di sana kebutuhan mereka masih sulit untuk terpenuhi sehingga mereka belum bisa hidup layak.
c.    Perumahan Masyarakat Malino
Perumahan Masyarakat Malino merupakan daerah yang masih tergolong menengah juga karena warga-warga mereka memiliki pengasilan yang banyak saat pendapatan hasil kerja mereka juga banyak. Pekerjaan warga-warga laki-laki di sana rata-rata adalah seorang nelayan dan perempuan-perempuan di sana beberapa ada yang membuat penghasilan kecil-kecilan seperti warung-warung. Apabila kurangnya hasil tangkapan mereka biasa kebutuhan sehari-hari mereka sulit terpenuhi jadi terpaksa mereka harus pintar-pintar menggunakan pengasilan mereka setiap saatnya.
d.   Pemukiman Masyarakat Kanreapia
Pemukiman Masyarakat Kanreapia merupakan warga yang memiliki penghasilan tidak menetap karena rata-rata warga di sana adalah seorang petani, ada petani wortel, kol, daun bawang, bawang merah, sawi, dll. Saat musim panen mereka mendapatkan hasil yang banyak sehingga kebutuhan meraka bisa terpenuhi tapi saat cuaca tidak mendukung seperti musim kemarau atau musim hujan yang lebat bisa menunda penghasilan mereka sehingga susahnya mereka memenuhi kebutuhannya di saat itu. Sehingga terpaksa biasanya mereka tidak makan seharian karena tidak adanya penghasilan yang mereka dapatkan.
3.        Hubungan Sosial Budaya Antar warga
a.    Pemukiman Bumi Batara Gowa
Hubungan social budaya penduduk Bumi Batara Gowa cukup baik, meskipun mereka memiliki kesibukan yang tidak bisa ditoleransi. Hal itu terbukti dengan adanya sikap tenggang rasa yang tinggi antar sesama warga. Budaya pun tetap mereka lestarikan. Mereka senantiasa menjunjung tinggi budaya gotong-royong terutama daam hal menjaga kebersihan.
b.    Pemukiman Penduduk disekitar Pabrik Kertas Gowa
Penduduk di daerah ini cukup menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang ada. Hubungan social antar warga pun terbilang erat. Jika ada sebuah acara, mereka saling berpartisipasi demi menjaga tali silaturahmi antar sesama.
c.    Pemukiman Masyarakat Parangloe
Hubungan social budaya di lokasi ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan lokasi sebelumnya. Baik itu hubungan social antar warga maupun nilai budaya masih sangat terjaga dengan baik.
d.   Pemukiman Masyarakat Kanreapia
Pada lokasi ini, hubungan social budaya antar warga sangat baik dan sangat erat. Selain karena masyarakat di daerah ini cukup homogeny, mereka juga masih memegang adat-istiadat dari nenek moyang terutam dalam hal kegotong-royongan dan budaya malu. Mereka memiliki rasa kerja sama yang sangat tinggi. Sebagai contoh, jika ada seorang warga yang hendak membangun rumah, maka seluruh warga turut berpartisipasi membantu pembangunan tersebut tanpa upah atau gaji, tidak seperti masyarakat kota pada umumnya.
C.      Gambaran Umum Kondisi Fisik
1.        Morfologi wilayah
a.    Pemukiman Bumi Batara Gowa
Tanah di lokasi ini berbatu / tanah yang berlumpur, akibatnya daerah ini menjadi subur. Tipe geomorfologinya ialah dataran rendah. Di lokasi ini juga menggunakan air tanah dan air PAM.
b.    Pemukiman Penduduk disekitar Pabrik Kertas Gowa
Tanah di daerah ini termasuk daerah yang tanahnya berbatu. Karena termasuk dataran rendah, maka tipe hidrologinya ialah air tanah dan juga di daerah ini menggunakan air Pompa Air Minum (PAM)
c.    Pemukiman Masyarakat Parangloe
Lokasi ketiga ini beriklim sedang, karena daerahnya yang termasuk daerah perbukitan dan memiliki wilayah tanah yang berbatu. Tipe geomorfologinya yaitu air mata air atau juga air yang berasal dari sungai.
d.   Pemukiman Masyarakat Kanreapia
Daerah ini memiliki iklim yang sangat sejuk sekaligus dingin. Lokasi ini terlihat sejuk, karena daerahnya yang bergunung-gunung, berlembah dan terjal. Daerah ini benar-benar sangat jauh dari polusi udara yang umumnya kita jumpai didaerah perkotaan. Sejauh mata memandang hanya pepohonan rindang dan pegunungan yang nampak jelas.
Sebagai daerah yang memiliki intensitas hujan yang tinggi, Desa Kanreapia juga memiliki kondisi hidrologi yang baik sebagai daerah pertanian karena di lalui banyak sungai yang berpotensi sebagai sumber irigasi bagi pertanian penuduk. Secara umum, wilayah ini  merupakan darah basah atau lembab yang cocok untuk pengembangan sektor pertanian.
Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa merupakan wilayah dataran tinggi dengan banyak macam jenis tanah dan jenis batuan penyusunnya, diantaranya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1 jenis tanah & jenis batuan yang terdapat di kecamatan Tinggimoncong
Geologi
Jenis tanah
Jenis batuan
Andosol
Latosol
Regosol coklat kekelabuan
Basal
Lava
Breksi
Tufa
Konglomerat
Pusat erupsi
Erupsi parasit
Breksi
Lahar
 Sumber : diolah dari data GIS
2.        Kemiringan Lereng
Untuk daerah Pemukiman Bumi Batara Gowa, Pemukiman Penduduk disekitar Pabrik Kertas Gowa, dan Pemukiman Masyarakat Parangloe memiliki kemiringan lereng yang kurang signifikan. Namun, untuk daerah Kanreapia, Kecamatan Tinggimoncong yang terletak di dataran tinggi di kabupaten Gowa atau berada di daerah pegunungan, memiliki ketinggian antara 1.500 - 1.650 Meter di atas permukaan laut. Ditinjau dari segi kemiringan lereng desa Kanreapia sebagian besar berada pada kemiringan lereng 8 – 40 %, atau sebagian besar wilayahnya adalah pegunungan.
3.        Suhu Daerah Setempat
Suhu pada daerah Pemukiman Bumi Batara Gowa, Pemukiman Penduduk disekitar Pabrik Kertas Gowa, dan Pemukiman Masyarakat Parangloe berkisar 270C - 320C. Suhu di daerah ini berada di atas suhu normal sebagian besar wilayah di Indonesia yakni 270C karena dipengaruhi oleh beberapa factor salah satunya adalah tingginya tingkat polusi sehingga pemanasan global pun tak terelakkan. Adapun suhu di daerah Pemukiman Masyarakat Kanreapia cukup rendah yakni berkisar 180C – 230C dengan fluktuasi 50C. Daerah ini memiliki suhu yang lebih rendah dari suhu normal karena berada pada daerah perbukitan yang notabene bercuaca dingin. Curah hujan di Desa kanreapia 2.300mm/tahun dan memiliki type iklim B yang terdiri dari 9 bulan basah 2 bulan kering dan 1 bulan lembab. Kelembaban udara 85% dan terjadi dua kali musim penghujan dalam setahun.

D.      Gambaran Budaya yang Masuk
Secara keseluruhan, keempat lokasi tersebut memiliki kebudayaan yang hampir sama, mulai dari kebiasaan masyarakat dalam mengerjakan sesuatu selalu bergotong-royong hingga adat pernikahan yang secara keseluruhan pelaksanaanya memakai adat Bugis atau Makassar. Hal ini karena mereka berada pada satu kabupaten, yakni Kabupaten Gowa serta sebagian besar penduduknya juga merupakan penduduk asli Sulawesi-Selatan. Adapun pengaruh kebudayaan yang masuk karena adanya masyarakat pendatang tidaklah terlalu dominan karena masyarakat setempat sangat menjaga dan melestarikan budaya yang ada, terutama di daerah Kanreapia. Penduduk setempat sangat  kental akan budaya dan seperti penjelasan sebelumnya, kehidupan masyarakat pun masih sangat tradisional walaupun di daerah tersebut banyak warga pendatang dari jawa tapi mereka hanya menggeluti kebudayaan masing-masing. Jadi, budaya bercocok tanam yang merupakan ciri khas masyarakat Kanreapia bukanlah budaya asli daerah ini melainkan budaya baru yang masuk yang kemudian diterima oleh penduduk setempat karena mendatangkan banyak manfaat salah satunya dapat memperbaiki perekonomian masyarakat setempat.

E.       Hasil
Setelah melalui proses pelaksanaan praktek lapangan di Desa Kanreapia Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa maka, penulis dapat menyajikan informasi-informasi yang diperoleh dalam bentuk tabel, sebagai berikut:
Tabel 4.2 Persentase Umur Responden
Umur
Jumlah
Presentasi
< 35 tahun
Antara 35-45 tahun
< 45 tahun
7 orang
9 Orang
3 Orang
40 %
45 %
15 %
Jumlah
19 orang
100%
Sumber data: Hasil olah kuesioner praktek lapang M.K. ISBD di desa Kanreapia, 22 Oktober 2011
Tabel 4.3 Persentase Pekerjaan Responden
Pekerjaan
Jumlah
Persentase
Tukang (batu, kayu, dll)
Security
Pegawai Negeri Sipil
Pegawai swasta
Wiraswasta
Pedagang
Petani
Ibu rumah tangga
Pengangguran
1 orang
1 orang
3 orang
-
3 orang
 2 orang
6 orang
2 orang
1 orang
5,26%
5,26%
15,79%
-
15,79%
10,52%
31,60%
10,52%
5,26%
Jumlah
19 orang

Sumber data: Hasil olah kuesioner praktek lapang M.K. ISBD di desa Kanreapia, 22 Okotber 2011


Tabel 4.4 Persentase Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Persentase
Tidak Tamat SD
Tamat SD
Tidak Tamat SMP/Sederajat
Tamat SMP/Sederajat
Tidak Tamat SMA/Sederajat
Tamat SMA/Sederajat
Sarjana
Pasca Sarjana
-
2 orang
5 orang
-
3 orang
1 orang
6 orang
1 orang
1 orang
-
-
10,52%
26,33%
-
15,79%
5,26%
31,58%
5,26%
5,26%
-
Jumlah
19 orang
100 %
Sumber data: Hasil olah kuesioner, 22 Oktober 2011

Tabel 4.5 Persentase Tingkat Pendapatan Responden
Tingkat Pendapatan/ bulan
Jumlah
Persentase
Kurang dari Rp 1.000.000,00
Rp 1.000.000,00-Rp 2.000.000,00
Lebih dari Rp 2.000.000,00
3 orang
3 orang
13 orang
15,79%
15.79%
68,42%
Jumlah
19 orang
100 %
 Sumber data: Hasil olah kuesioner, 22 Oktober 2011





Tabel 4.6 Persentase Tingkat Pengeluaran Responden
Tingkat Pengeluaran/ bulan
Jumlah
Persentase
Kurang dari Rp 1.000.000,00
Rp 1.000.000,00-Rp 2.000.000,00
Lebih dari Rp 2.000.000,00
 2 orang
 4 orang
13 orang
10,52%
21,05%
68,43%
Jumlah
19 orang
100 %
Sumber data: Hasil olah kuesioner, 22 Oktober 2011

Tabel 4.7 Persentase Jumlah Anggota Keluarga/Anak yang Dimiliki Responden
Jumlah Anggota/ Anak yang dimiliki
Jumlah
Persentase
Kurang dari 3 orang
Antara 3-5 orang
Lebih dari 5 orang
 1 orang
9 orang
9 orang
5,26%
47,37%
47,37%
Jumlah
19 orang
100 %
Sumber data: Hasil olah kuesioner, 22 Oktober 2011

Tabel 4.8 Persentase Organisasi Desa yang sering diikuti Responden
Organisasi Desa
Jumlah
Persentase
PKK
Karang Taruna
Remaja Mesjid
Tidak ada
3 orang
-
10 orang
6 orang
15,80%
-
52,63%
31,57%
Jumlah
19 orang
100 %
Sumber data: Hasil olah kuesioner, 22 Oktober 2011

Tabel 4.9 Persentase Kegiatan Sosial yang sering dilakukan Responden
Kegiatan Sosial
Jumlah
Persentase
Pernikahan
Kematian
Gotong-Royong
Kegiatan Keagamaan
Semua
3 orang
1 orang
4 orang
-
11 orang
15,80%
5,26%
21,04%
-
57,90%
Jumlah
19 orang
100 %
Sumber data: Hasil olah kuesioner, 22 Oktober 2011





Tabel 4.10 Persentase Tingkat Status/Strata Sosial Responden
Strata Sosial
Jumlah
Persentase
Paling Atas
Atas
Menengah
Bawah
Paling Bawah
-
1
14 orang
4 orang
-
-
5,26%
73,68%
21,06%
-
Jumlah
19 orang
100 %
Sumber data: Hasil olah kuesioner, 22 Oktober 2011

F.       Pembahasan
Berdasarkan informasi-informasi yang telah dikumpulkan oleh praktikan selama proses pelaksanaan praktek lapangan di Desa Kanreapia yang kemudian disusun secara sistematis dalam bentuk tabulasi, maka  penyusun mendeskripsikan hasil observasi tersebut sebagai berikut:
1.        Kelompok Umur Responden
Berdasarkan tabel yang telah disajikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa di desa Kanreapia ini penduduknya masih didominasi oleh penduduk dengan usia remaja sampai produktif yakni sebesar 68,43% dari jumlah keseluruhan responden yang diwawancarai. Sedangkan penduduk yang sudah memasuki usia lanjut dan tidak produktif lagi yakni sebesar 31,57% dari jumlah responden yang diwawancarai.
2.        Pekerjaan responden
Dari data pekerjaan responden dapat dilihat bahwa, jenis pekerjaan yang dominan dari responden yang disampel adalah petani yaitu 31,60%, disusul dengan PNS dan wiraswasta yang masing-masing 15,79%, kemudian pedagang dan Ibu Rumah Tangga (IRT) sebesar 10,52%, dan yang terakhir adalah security dan tukan yang masing-masing sebesar 5,26%. Selain itu, terdapat pula pengangguran sebesar 5,26%. Penyebab utama pekerjaan penduduk mayoritas petani adalah karena desa Kanreapia merupakan daerah agraris yang didukung temperatur, kelembaban, serta kesuburan lahan yang baik.


3.        Tingkat pendidikan responden
Dari data dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan pada masyarakat Kanreapia belum bisa dikatakan memadai, yang ditandai masih kurang responden yang pernah mengecap pendidikan ditingkat  perguruan tinggi yakni hanya sebesar 10,52%, bahkan masih ada juga responden yang tidak pernah sekalipun mengecap dunia pendidikan yakni sebesar 10,52%. Namun jika kita melihat data yang lain yaitu ada sekitar 78,96% responden yang telah melewati tingkat sekolah dasar, SMP, dan SMA. Data tersebut sudah dapat menggambarkan tingkat  pendidikan di daerah ini belum memadai dan kedepannya sangat diharapkan untuk lebih ditingkatkan lagi.
4.        Tingkat pendapatan dan pengeluaran responden
Dari data pendapatan responden dapat dilihat bahwa, tingkat pendapatan responden per bulannya cukup tinggi yaitu tingkat penghasilan kurang dari Rp 1.000.000,00 hanya sebesar 15,79%, disusul dengan tingkat pengahasilan antara Rp 1.000.000,00 hingga Rp 2.000.000,00 per bulan yakni sebesar 15,79% dan tingkat pendapatan lebih dari Rp 2.000.000,00 sebesar 68,42%. Namun, jika dilihat dari pengeluaran mereka tiap bulannya, yakni sebesar 68,43% yang memiliki pengeluaran lebih dari Rp 2.000.000,00; 21,05% yang memiliki pengeluaran antara Rp 1.000.00,00 hingga Rp 2.000.000; dan sebesar 10,52% masyarakat yang memiliki pengeluaran kurang dari Rp 1.000.000,00. Dari sini kita dapat melihat walaupun penghasilan rata-rata masyarakat cukup tinggi, namun pengeluaran mereka jauh lebih besar daripada penghasilan mereka. Sehingga kita dapat menyimpulkan kalau masyarakat setempat cukup kekurangan dalam hal pemenuhan kebutuhan.
5.        Jumlah anggota keluarga/anak responden
Dari data dapat disimpulkan bahwa 5,20% dari responden yang diwawancari praktikan memiliki anggota keluarga sebanyak kurang dari 3 orang, 47,37% lagi memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 3-5 orang, dan sisanya 47,37% responden memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari 5 orang. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat di daerah ini didominasi oleh keluarga besar dengan jumlah anak cukup banyak sebab mereka belum merealisasikan KB atau program pemerintah dalam menekan pertumbuhan penduduk.
6.        Organisasi desa yang sering dilakukan responden
Dari hasil analisis data yang dilakukan, kita dapat menyimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat cukup aktif dalam kegiatan keagamaan khususnya agama Islam, mengingat mayoritas penduduk adalah beragama Islam. Hal itu dapat dilihat dari besarnya presentasi masyarakat yang aktif dalam remaja mesjid, dibandingkan organisasi desa yang lain, seperti PKK, Karang Taruna, dll.
7.        Kegiatan sosial yang sering dilakukan responden
Dari data yang diperoleh praktikan selama pelaksanaan praktek lapangan, diperoeh informasi bahwa masyarakat setempat cukup aktif dalam semua kegiatan social yang berlangsung, baik itu pernikahan, kematian, gotong-royong, dan kegiatan keagamaan. Hal ini menggambarkan dengan jelas bahwa hubungan kekerabatan antara penduduk di daerah Kanreapia  sangat tinggi. Mereka patut dijadikan panutan oleh generasi saat ini karena mereka memiliki jiwa social yang terbilang tinggi.
8.        Strata social yang dimiliki responden
Dari hasil analisis data serta observasi secara langsung, sebagian besar penduduk Kanreapia berada pada strata social menengah ke bawah. Sebanyak 73,68% masyarakat kalangan menengah, sebanyak 21,06% masyarakat kalangan bawah, dan hanya sekitar 5,26% masyarakat kalangan atas.
Informasi tambahan yang diperoleh praktikan selama pelaksanaan praktek lapangan ini yakni mengenai unsur-unsur budaya lainnya seperti bahasa, sistem teknologi, agama, organisasi sosial, dan kesenian.
Bahasa yang digunakan di daerah ini adalah bahasa Makassar Konjo, dimana terjadi perpaduan antara bahasa Makassar dengan bahasa Konjo. Hal ini diperkirakan terjadi karena adanya proses pembauran masyarakat asli dengan masyarakat pendatang yang ada di daerah ini.
Sistem teknologi di daerah ini sudah mulai berkembang, hal ini dibuktikan dengan masyarakat yang sudah mulai menggunakan handphone, televisi, radio, dan peralatan elektronik lainnya. Perkembangan teknologi ini secara erat berkaitan dengan tingkat pengetahuan masyarakat di daerah ini. Di desa Kanreapia sendiri sudah terdapat sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah  atas dengan jarak yang cukup jauh dari jantung desa. Agama yang dianut oleh masyarakat di daerah ini didominasi oleh agama Islam. Biasanya juga terdapat remaja-remaja mesjid yang bertugas mengurus acara-acara yang sifatnya keagaamaan yang diselenggrakan di masjid. Organisasi sosial lain yang ada di daerah ini adalah PKK dan majelis taklim untuk-ibu-ibu muslimah yang akan mengadakan pengajian rutin.
9.        Hubungan Kondisi Geografis dengan Keadaan Sosial Masyarakat Kanreapia
Berdasarkan analisis data yang telah dipaparkan oleh penulis pada bagian sebelumnya, maka dapatlah dilihat dengan jelas bahwa terdapat hubungan antara kondisi geografis di desa Kanreapia dengan  keadaan sosial budaya yang ada di daerah ini.
Hubungan ini terlihat jelas pada keadaan lahan yang ada di daerah ini yang berupa daratan-daratan miring namun memiliki tingkat kesuburan tanah yang tinggi, sehingga hal tersebut mendorong para penduduk untuk mengolah lahan dengan membuat terasering-terasering. Dengan demikian, terdapatlah banyak  penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani.
Hubungan lain yang juga sangat tergambar dengan jelas adalah kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan penduduk dengan prinsip gotong-royong yang mencerminkan kekerabatan yang amat tinggi  di antara mereka. Hal ini juga dipengaruhi oleh keadaan lahan yang ada, karena banyak daratan-daratan miring maka penduduk hanya akan membangun pemukiman dengan kemiringan yang rendah (landai), dimana pemukiman-pemukiman ini tergolong mepet sehingga jalinan kekerabatan yang baik lebih mudah terbentuk.


10.     Air Terjun Takapala dan Pasar Malino
Selain dari keempat lokasi yang dipaparkan di atas, penulis juga mengunjungi objek wisata yang ada di Malino yaitu Air Terjun Takapala serta Pasar Malino yang terkenal dengan beragam oleh-oleh khas Malino. Namun karena keterbatasan waktu, penulis hanya melakukan observasi singkat di dua lokasi ini.
Lokasi air terjun Takapala memiliki iklim yang sejuk. Lokasi ini terlihat sejuk, karena daerahnya yang bergunung-gunung, berlembah dan terjalnya dengan kemiringan sekitar 80º serta air terjunnya yang sangat indah dengan tanah yang berbatuan serta batuannya yang berbongkahan besar-besar. Profesi penduduk sekitar air terjun itu sebagian bertani karena mayoritas penduduknya yaitu berjualan untuk kepentingan wisata. Pola pemukimannya menyebar di sekitar air tejun itu. Jalanannya sudah beraspal sehingga memudahkan arus wisata menjadi lancar. Kebersihannya juga sudah terjamin bersih.
Adapun lokasi terakhir adalah Pasar Sentral Malino memiliki iklim yang tidak kalah sejuknya karena berada di sekitaran Kota Malino yang menandakan adanya hutan pinus yang memberikan iklim yang sejuk. Tipe geologinya berbatuan dengan tipe geomorfologi berbukit-bukit dengan kemiringan sekitar 20º - 30º. Sumber hidrologinya yaitu berasal dari air PAM. Aktifitas masyarakat umumnya berprofesi di bidang bisnis atau berjualan karena beragam oleh-oleh khas Malino tersedia disini. Bahkan tidaklah sah bagi pengunjung yang berwisata ke Malino jika tidak mampir di Pasar Malino.


BAB V
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan praktek lapangan mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar yang dilaksanakan pada tanggal 22 – 23 Oktober 2011 dan diperoleh hasil data-data dari responden saya menyimpulkan:
1.        Berkat pelaksanaan praktek lapangan ini mahasiswa dapat terjun langsung mengetahui bagaimana keadaan di daerah-daerah lokasi yang mejadi tempat pelaksanaan praktek lapangan.
2.        Berkat pelaksanaan praktek lapangan ini mahasiswa lebih banyak tahu tentang kebudayaan-kebudayaan daerah, serta memberikan pengetahuan bagaimana cara berinteraksi dengan warga-warga di sekitar lokasi pelaksanaan praktek lapangan.
3.        Berkat pelaksanaan praktek lapangan ini mahasiswa dapat mengetahui apa perbedaan setiap daerah dalam mata pencaharian yang paling dominan di geluti warga-warga sekitar.
4.        Kondisi pedesaan dan perkotaan sangat berbeda karena dilihat dari mata pencahariannya di pedesaan rata-rata warganya memiliki pekerjaan menjadi seorang petani sedangkan di perkotaan rata-rata warganya memiliki pekerjaan sebagai seorang pegawai negeri dan pengusaha.
5.        Kondisi lingkungan antara pedesaan dan perkotaan sangat banyak. Di pedesaan lingkungannya belum begitu bersih tapi udaranya sangat sejuk karena banyaknya pepohonan yang terdapat di sana dan suhunya juga sangat dingin terutama di daerah Kanreapia, sedangkan di perkotaan lingkungannya mulai terlihat bersih, sampah-sampah sudah kurang yang berserakan di mana-mana tapi udaranya sangat panas dan sulit kalau kita ingin menghirup udara sejuk karena kurangnya pepohonan.

B.       Saran
Adapun saran yang diajukan penulis setelah pelaksanaan praktek lapangan ini adalah:
1.        Diharapkan agar bantuan pemerintah kepada masyarakat-masyarakat di daerah di tingkatkan lagi khususnya terkait pendidikan, jalanan dll.
2.        Diharapkan agar pelaksanaan praktek lapangan ke depannya dilaksankan sesuai dengan jadwal dan agenda yang telah ditetapkan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2008. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Makassar : UNM.

Mawardi dan Nur Hidayati. 2007.  IAD, ISD, IBD. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Universitas Negeri Makassar. 2011.Modul Ilmu Sosial Budaya Dasar. Makassar:                                                    UNM.